Inti dari program ini adalah inovasi dari WMP, yang memelopori penggunaan Wolbachia, bakteri yang, jika ada, dapat mencegah virus demam berdarah dan patogen lain seperti Zika, chikungunya, dan demam kuning tumbuh di dalam tubuh manusia. nyamuk Aedes aegypti yang biasa membawanya.
Nyamuk betina yang terinfeksi bakteri tersebut menularkannya kepada keturunannya, dan hal ini juga berdampak pada penurunan harapan hidup mereka, sehingga membantu mengurangi kepadatan populasi di daerah yang paling terkena dampak.
Teknik ini telah terbukti sangat efektif. Selama uji coba baru-baru ini di Kolombia, para peneliti melaporkan penurunan infeksi demam berdarah sebesar 94 persen, menjadikan kasus demam berdarah ke tingkat terendah dalam 20 tahun.
Upaya sebelumnya untuk melepaskan nyamuk yang terinfeksi Wolbachia dilakukan dari tanah, dengan kawanan nyamuk dewasa dilepaskan dari tabung, seringkali dari jendela mobil.
Dr Colin Malcolm, Dosen Senior Genetika di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Pengetahuan Universitas Hertfordshire, mengatakan medan yang berat merupakan tantangan bagi tim di lapangan.
“Kita berbicara tentang daerah yang mungkin cukup padat penduduknya, karena demam berdarah sering dikaitkan dengan daerah pemukiman dan daerah yang dilanda kemiskinan,” katanya kepada The Telegraph. “Komplikasinya bisa berupa pipa ledeng yang buruk, kebersihan yang buruk, jalan yang buruk, yang berarti kesulitan dalam bepergian dengan kendaraan Anda.”
Tantangan lainnya adalah banyaknya tempat dimana nyamuk dapat berkembang biak.
“Mereka bisa berupa vas bunga, bisa menjadi talang atap, bisa menjadi tangki penyimpanan air,” kata Dr. Oliver Brady, profesor di London School of Hygiene and Tropical Medicine.
“Di sinilah Wolbachia berperan sebagai solusi. Karena daripada harus membunuh semua nyamuk yang ada, kami mencoba mengganti populasi alami nyamuk dengan nyamuk yang tidak dapat menularkan demam berdarah.”