Pengeboman Israel yang terus berlanjut telah merusak sistem air Gaza.
Semua pabrik desalinasi di Gaza, 88 persen sumur air dan 70 persen air limbah, serta laboratorium pengujian kualitas air utama, telah rusak selama konflik, menurut laporan yang diterbitkan oleh Oxfam bulan lalu.
Akibat rusaknya fasilitas air, terhambatnya bantuan dan terganggunya pasokan air eksternal, warga Gaza memiliki sekitar 4,7 liter air per orang per hari untuk segala keperluan, termasuk minum, memasak, dan mandi, menurut laporan tersebut.
Jumlah ini kurang dari sepertiga dari jumlah minimum darurat yang direkomendasikan, yaitu minimal 15 liter per hari, menurut PBB.
Bulan lalu, Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah Israel (Cogat), badan Israel yang bertanggung jawab memfasilitasi bantuan di Gaza, mengatakan pihaknya telah membentuk tim untuk mengatasi masalah sanitasi.
“Tim ini juga menjajaki langkah-langkah tambahan untuk meningkatkan sanitasi di Gaza, termasuk perbaikan sumur, peningkatan pabrik desalinasi dan perluasan jaringan pipa air,” katanya.
Kelompok-kelompok bantuan telah berusaha memperbaiki infrastruktur, memasang septic tank dan mendistribusikan air minum dan tablet klorin, namun pekerjaan di Jalur Gaza masih sangat sulit.
“Bantuan kemanusiaan yang kami berikan sejauh ini, termasuk botol air, pasokan medis, dan perlengkapan kebersihan, belum cukup untuk mengatasi skala krisis ini,” kata Alison Griffin, Kepala Kampanye Konflik dan Kemanusiaan di Save the Children. Inggris.