Steve Rosenberg, Koresponden Rusia

Pasukan Ukraina telah menduduki wilayah Rusia selama hampir dua minggu.

Serangan melintasi perbatasan Ukraina ke wilayah Kursk merupakan kali pertama tentara asing bertempur di Rusia sejak Perang Dunia II.

Ini merupakan perkembangan dramatis dan tak terduga dalam perang tersebut, hampir dua setengah tahun setelah Presiden Putin memerintahkan invasi besar-besaran ke Ukraina.

Kremlin telah berjanji untuk ‘memaksa musuh keluar’ dari Rusia. Presiden Putin belum secara terbuka menggunakan kata ‘invasi’ untuk menggambarkan serangan Ukraina, untuk meminimalkan apa yang terjadi dan menghindari kepanikan.

Namun bagaimana tanggapan masyarakat Rusia?

Berkendaralah dua setengah jam ke selatan Moskow menuju wilayah Tula dan Anda akan tiba di kota kecil Aleksin yang rindang.

Jaraknya hanya 100 mil dari Moskow, namun ibu kota Rusia ini terasa seperti jauh sekali.

Pada hari kami berkunjung akan ada konser pop ‘patriotik’ di alun-alun kota. Saya berbicara tentang banyak orang yang sangat khawatir dengan apa yang terjadi di wilayah selatan.

Sejak Februari 2022, TV pemerintah Rusia telah melaporkan pasukan Rusia yang beroperasi di Ukraina.

Tak seorang pun di sini menyangka perbatasan Rusia akan dirampok. Jelas terlihat kelelahan. Semua orang membicarakan perlunya perdamaian. Namun saat ini belum ada konsensus mengenai bagaimana hal ini dapat dicapai.

Menggemakan pesan resmi media pemerintah, beberapa orang Rusia menyerukan “perdamaian sesuai dengan ketentuan Rusia” (dengan kata lain, penyerahan penuh Ukraina).

Yang lain menyatakan harapan bahwa Moskow dan Kyiv akan duduk di meja perundingan dan mencari cara untuk mengakhiri konflik.

Kremlin masih menyebut apa yang dilakukan pasukannya di Ukraina sebagai “operasi militer khusus”. Kini Rusia mengatakan pihaknya sedang melakukan “operasi anti-teroris” di wilayah Kursk.

Itu adalah pendapat resmi. Tapi orang Rusia pada umumnya menggunakan satu kata sederhana untuk menggambarkan semuanya: ‘perang’.

Produser: Liza Shuvalova

Source link