AS telah mengumumkan sanksi terhadap 16 pejabat yang dekat dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro setelah kemenangan kontroversialnya dalam pemilu.
Departemen Keuangan AS mengatakan pihaknya menargetkan “pejabat-pejabat penting yang terlibat dalam tindakan keras brutal Maduro terhadap klaim kemenangannya yang curang dan tidak sah serta retorikanya pasca pemilu”.
Dewan Pemilihan Nasional Venezuela (CNE), yang dekat dengan pemerintah, menyatakan Maduro sebagai pemenang pemilihan presiden bulan Juli.
Namun CNE belum mempublikasikan penghitungan suara secara rinci untuk mendukung kemenangan Maduro. Data yang dipublikasikan pihak oposisi menunjukkan kandidatnya, Edmundo Gonzalez, menang.
AS menolak mengakui Maduro sebagai pemenang dan mengatakan pihaknya yakin Gonzalez telah memenangkan lebih banyak suara.
Negara ini adalah salah satu dari puluhan negara yang meminta CNE untuk merilis rincian penghitungan suara yang menunjukkan hasil dari masing-masing TPS.
Mereka semua Dinamakan dalam pengumuman Departemen Keuangan Dilarang memasuki AS dan aset apa pun yang mereka miliki di sana akan diblokir.
Di antara mereka yang terkena sanksi adalah Rosalba Gill, salah satu dari lima anggota CNE.
Lima hakim Mahkamah Agung Venezuela juga menjadi sasaran otoritas AS. Hal ini menguatkan keputusan CNE untuk menawarkan Maduro masa jabatan ketiga berturut-turut.
Anggota pasukan keamanan Venezuela juga terkena sanksi, dan Departemen Keuangan AS menuduh mereka “bertanggung jawab memperburuk penindasan melalui intimidasi, penahanan tanpa pandang bulu, dan sensor”.
Lebih dari 2.400 orang telah ditangkap dalam tindakan keras pasca pemilu yang dilancarkan oleh pemerintahan Maduro, banyak di antaranya atas tuduhan “terorisme”.
Kandidat oposisi Gonzalez melarikan diri ke Spanyol pada hari Sabtu, dengan tuduhan melakukan “kejahatan serius” termasuk “mengeksploitasi” fungsi publik, memalsukan dokumen, menghasut pembangkangan dan menumbangkan sistem.
Hakim yang mengeluarkan surat perintah penangkapan Gonzalez termasuk di antara 16 orang yang masuk dalam daftar sanksi.
Gonzalez mencari suaka di Spanyol dan bertemu dengan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez pada hari Kamis.
Meski kini berada di pengasingan, katanya, “tekadnya untuk melanjutkan perjuangan mempertahankan kedaulatan rakyat Venezuela yang diungkapkan oleh lebih dari delapan juta pemilih pada 28 Juli” tidak goyah.
“Perjuangan sudah sampai akhir, dan akhirnya seluruh keluarga kami bisa bersatu kembali di tanah Venezuela,” tambahnya.
Gonzalez menggantikan pemimpin oposisi Maria Corina Machado dalam pemungutan suara setelah organisasi yang setia kepada Maduro dilarang mencalonkan diri sebagai presiden.
Machado bersembunyi di Venezuela, di mana dia mengatakan dia akan memimpin kampanye untuk mengangkat Gonzalez sebagai presiden pada 10 Januari 2025 – hari dimulainya masa jabatan presiden yang baru.