Dua tahun lalu, Sri Lanka menghadapi krisis keuangan yang parah. Jutaan orang berjuang untuk mendapatkan komoditas dasar seperti gas untuk memasak, bahan bakar dan makanan.
Fatima Shiyama, yang berjualan makanan dari gerobak, ingat mengantri panjang selama berhari-hari untuk membeli kebutuhan keluarganya. Negara ini berada dalam kekacauan dan inflasi meningkat hingga 70%. Sekarang, seperti Sri Lanka sedang bersiap untuk pemilihan presiden yang pentingPerekonomian masih menjadi perhatian semua orang.
Pemulihan di bawah Presiden Wickremesinghe
dari Presiden Ranil Wickramasinghe mengambil alihPerekonomian telah menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Tidak ada kekurangan makanan atau bahan bakar dan inflasi menurun.
Baru-baru ini, pemerintah mengumumkan bahwa mereka telah menyelesaikan restrukturisasi utangnya, sebuah langkah besar dalam menstabilkan perekonomian. Kementerian Keuangan mengatakan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan mengenai restrukturisasi utang internasional, yang akan membantu negara ini bergerak maju.
Meskipun ada kemajuan, banyak warga Sri Lanka yang masih kesulitan memenuhi kebutuhan hidup mereka. Misalnya, penghasilan Shiyama masih belum cukup untuk menutupi pengeluaran bulanan dan tagihan pengobatan putrinya yang sakit. Dia harus meminjam uang dari rentenir dengan bunga yang sangat tinggi untuk bertahan hidup.
Pemilu mendatang
Dalam pemilu hari Sabtu, Presiden Wickremesinghe akan menghadapi dua saingan utama: pemimpin oposisi Sajith Premadasa dan Anura Dissanayake, yang memimpin koalisi Marxis yang sedang berkembang. Pemilu ini dipandang sebagai kesempatan bagi para pemilih untuk memutuskan apakah Wickramasinghe telah berbuat cukup banyak untuk memperbaiki perekonomian.
Di masa lalu, warga Sri Lanka sering memilih berdasarkan agama atau etnis. Namun saat ini banyak yang lebih fokus pada perekonomian.
Meningkatnya biaya hidup dan terbatasnya kesempatan kerja telah mendorong banyak orang untuk meminjam uang atau meninggalkan negara tersebut untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Meskipun inflasi telah mereda, kehidupan masih sulit bagi sebagian besar masyarakat awam.
Rekonstruksi setelah Rajapakse
Pada tahun 2022, keruntuhan ekonomi Sri Lanka menyebabkan protes besar-besaran yang akhirnya memaksa presiden saat itu Gotabaya Rajapaksa harus meninggalkan negaranya. Wickramasinghe turun tangan dan memulai tugas berat untuk merestrukturisasi perekonomian. Dia bernegosiasi dengan kreditor internasional untuk merestrukturisasi utang Sri Lanka yang sangat besar, yang akan menghasilkan keringanan lebih dari $17 miliar.
Meskipun restrukturisasi utang merupakan kabar baik, banyak pihak yang tidak senang dengan cara pemerintah berhasil memobilisasi dana.
Untuk memenuhi persyaratan program dana talangan Dana Moneter Internasional (IMF), pemerintah menaikkan tarif listrik dan mengenakan pajak yang besar kepada dunia usaha dan profesional. Perubahan-perubahan ini membuat hidup lebih sulit bagi banyak keluarga yang sudah berjuang untuk bertahan hidup.
Semua kandidat dalam pemilu berjanji untuk memimpin Sri Lanka menuju masa depan yang lebih baik. Mereka berbicara tentang pengembangan industri baru, peningkatan pertanian dan penciptaan lapangan kerja. Namun para pemilih bersikap skeptis, mengingat pemilu lalu ketika para politisi membuat janji-janji besar setelah berkuasa dan gagal memenuhinya.
Menunggu dengan ketidakpastian
Banyak warga Sri Lanka, seperti Shiama, berharap hari-hari yang lebih baik akan segera tiba, namun mereka tahu hal itu tidak akan terjadi dalam semalam. Hasil pemilu ini dapat menentukan masa depan perekonomian Sri Lanka dan masyarakatnya. Pertanyaan besarnya adalah apakah presiden berikutnya akan mampu membantu negaranya pulih sepenuhnya dari krisis atau terus berjuang.
Saat Sri Lanka bersiap menyambut pemilu penting ini, semua orang memperhatikan dengan cermat apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia berharap presiden baru akan mengambil keputusan yang bermanfaat bagi seluruh rakyat Sri Lanka dan tidak hanya segelintir orang, dan akan memimpin negara menuju pemulihan yang sesungguhnya.
(dengan masukan dari AP)