Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi menyerukan gencatan senjata segera di Timur Tengah di Majelis Umum PBB pada hari Sabtu. Dia menekankan meningkatnya peran Tiongkok sebagai pembawa perdamaian global dan menyoroti upaya diplomasi Tiongkok dalam konflik termasuk perang di Ukraina.
Komentar Wang muncul setelah serangan udara Israel menewaskan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah di Beirut, meningkatkan kekhawatiran mengenai konflik regional yang lebih luas.
“Pertanyaan Palestina adalah luka terbesar bagi hati nurani manusia,” kata Wang, mengacu pada pertempuran di Gaza dan Lebanon. Dia menyerukan gencatan senjata secepatnya dan menegaskan kembali dukungan Tiongkok terhadap solusi dua negara untuk menyelesaikan krisis ini.
Tiongkok meningkatkan keterlibatannya dalam diplomasi global, menantang peran tradisional Amerika Serikat. Baru-baru ini, Tiongkok menjadi tuan rumah pembicaraan antara faksi-faksi Palestina dan menjadi perantara kesepakatan damai antara Arab Saudi dan Iran.
“Perdamaian adalah hal yang paling berharga di dunia kita saat ini,” kata Wang, menekankan komitmen Tiongkok untuk menyelesaikan konflik melalui dialog.
Proposal perdamaian Ukraina
Wang juga berbicara tentang rencana perdamaian Tiongkok untuk Ukraina, mendorong pembicaraan antara Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri perang. “Tiongkok berkomitmen untuk memainkan peran yang konstruktif, berpartisipasi dalam mediasi antar-jemput dan mendorong perundingan perdamaian,” tegasnya, seraya menambahkan bahwa Tiongkok bertujuan untuk mendorong dialog dan perdamaian tanpa memihak.
Namun, kritik terhadap keterlibatan Tiongkok di Ukraina terus mengalir.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mempertanyakan motif di balik rencana perdamaian dari Tiongkok dan Brasil, sementara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyoroti dukungan Tiongkok terhadap produksi militer Rusia, yang bertentangan dengan upaya perdamaiannya.
Taiwan dan ketegangan regional
Wang juga berbicara Posisi Tiongkok terhadap TaiwanReunifikasi Taiwan dengan Tiongkok daratan tidak bisa dihindari. Meskipun ada ketegangan mengenai kendali Selat Taiwan, “reunifikasi penuh Tiongkok akan tercapai,” katanya.
Meskipun Tiongkok mempromosikan perannya sebagai pembangun perdamaian, kekhawatiran tetap ada atas ketegasan Tiongkok dalam perselisihan regional, khususnya di Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan.
(dengan masukan dari Reuters)