Pada saat Bangladesh menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menyebabkan jatuhnya pemerintahan Sheikh Hasina, para profesional kesehatanlah yang memberikan layanan terbesar. Direktur Jenderal Layanan Kesehatan, Pejabat Tugas Khusus, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga, Bangladesh, Dr MD Maruf Hasan mengatakan kepada The Indian Express bahwa di luar semua pertanyaan dan kekhawatiran, para profesional kesehatan telah mematuhi standar medis mereka.
“Kami belum pernah menghadapi korban jiwa sebanyak ini sepanjang sejarah dinas kami, oleh karena itu perlunya persiapan rehabilitasi. Rencana pemulihan pasien luka juga menjadi perhatian rumah sakit militer yang sering menangani luka tembak,” kata Dr Hasan.
Dokter mengatakan luka tembak yang fatal adalah penyebab utama sebagian besar cedera tersebut. “Awalnya gerakan tersebut menggunakan peluru karet, namun kemudian menggunakan pelet timah (Pb) dan peluru yang lebih besar. Diperkirakan 400-500 orang tewas, sedangkan korban luka-luka tidak ada habisnya,” ujarnya seraya menambahkan rekan-rekannya di di lapangan adalah para pahlawan. Diantaranya adalah para dokter di semua tingkatan, ada perawat, mahasiswa kedokteran, dan petugas kesehatan.
Dr Hasan, mantan asisten registrar di Rumah Sakit Umum Kurmitola Dhaka, mengenang perjuangannya selama blokade dan jam malam untuk memastikan kesejahteraan pasien. Dr Hasan mengenang tragedi yang terjadi pada 16 Juli ketika seorang mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris Universitas Begum Rokeya di Rangpur, bernama Abu Syed, kehilangan nyawanya akibat tembakan polisi saat melakukan protes dengan tongkat di tangannya. Peluru.
Saat itu, banyak orang yang bergandengan tangan dan berfoto sebagai bentuk solidaritas.
“Banyak staf di rumah sakit pemerintah tetap berada di lokasi untuk merawat korban cedera bahkan setelah jam kerja normal. Bahkan sebagian besar rumah sakit swasta memilih untuk tidak memungut biaya dari pasien atas perawatannya,” ujarnya.
Setelah sempat terhenti sebentar, layanan kesehatan lainnya, seperti apotek reguler untuk obat HIV/AIDS atau obat anti-TB, dilanjutkan kembali dengan perintah eksekutif dari panglima militer, yang merupakan kepala pemerintahan sementara. Sekarang peraih Nobel Dr. Muhammad Yunus akan memimpin pemerintahan sementara yang akan datang.
klik disini bergabung Saluran Whatsapp Pune Ekspres Dan dapatkan daftar artikel pilihan kami