Pekan lalu, mayoritas anggota parlemen memilih untuk memakzulkan Wakil Presiden Rigathi Gachagua karena penyalahgunaan jabatan.

Senat Kenya akan mulai memperdebatkan pemakzulan Wakil Presiden Rigathi Gachagua setelah pengadilan memutuskan bahwa proses hukum terhadapnya bersifat konstitusional.

Majelis Nasional, majelis rendah parlemen, pekan lalu memutuskan untuk memakzulkan Gachagua atas 11 dakwaan, termasuk korupsi, meremehkan pemerintah, dan memicu kebencian etnis.

Gachagua membantah semua tuduhan tersebut.

Pria berusia 59 tahun itu mengatakan mosi pemakzulan, yang didukung oleh anggota parlemen oposisi dan sekutu Presiden William Ruto, didasarkan pada kebohongan yang merupakan hukuman mati tanpa pengadilan, menurut dokumen pengadilan yang dilihat oleh kantor berita Reuters.

Gachagua mengajukan banding ke pengadilan tinggi, namun Hakim Eric Ogola mengatakan pada hari Rabu bahwa proses tersebut dapat dilanjutkan, membuka jalan bagi Senat untuk mengadakan sidang dan memberikan suara mengenai pemecatannya.

“Pada tahap ini, prosesnya adalah proses yang sah dan konstitusional, dan Senat akan melakukan persidangan di mana semua masalah yang diajukan ke pengadilan akan diangkat dan diputuskan pada saat ini,” kata hakim di pengadilan.

Keputusan diperkirakan akan diambil pada hari Kamis.

Diperlukan dua pertiga mayoritas untuk membubarkan Gachagua.

Senat, majelis tinggi parlemen, mulai mengadakan pertemuan pekan lalu namun memulai perdebatan mengenai mosi tersebut pada hari Rabu, awalnya dilakukan secara tertutup.

Jika dicopot, Gachagua akan menjadi wakil presiden pertama yang mengundurkan diri dengan cara ini sejak pemakzulan diperkenalkan dalam revisi konstitusi Kenya tahun 2010.

Gachagua, seorang pengusaha berpengaruh dari suku terbesar di Kenya, Kikuyu, berhasil melewati skandal korupsi sebelumnya dan menjadi wakil pemimpin sebagai pasangan Presiden Ruto dalam pemilu yang berlangsung sengit pada Agustus 2022.

Dia membantu Ruto mendapatkan suara-suara penting di wilayah berpenduduk padat di Kenya tengah, namun keduanya berselisih dan aliansi politik pun bergeser.

Dalam beberapa pekan terakhir, Gachagua mengeluh karena dikesampingkan oleh presiden dan dituduh mendukung protes anti-pemerintah yang dipimpin oleh pemuda yang pecah pada bulan Juni, dan hal ini telah mengungkap perpecahan di eselon atas kekuasaan.

Ruto memecat sebagian besar anggota kabinetnya dan menunjuk anggota oposisi untuk membentuk pemerintahan persatuan setelah protes terhadap kenaikan pajak yang menewaskan lebih dari 50 orang.

Ruto belum berkomentar secara terbuka mengenai pemakzulan tersebut, namun Gachagua sendiri mengakui proses tersebut tidak dapat dilanjutkan tanpa persetujuan presiden.