Ketegangan antara Israel dan Hizbullah mencapai puncaknya pada hari Minggu ketika militer Israel melakukan serangan yang ditargetkan terhadap benteng Hizbullah di Beirut. Angkatan Udara Israel (IAF) melancarkan serangan terhadap pusat komando Hizbullah dan fasilitas senjata bawah tanah yang terletak di ibu kota Lebanon.
Hal ini menyusul meningkatnya aktivitas militer di sepanjang perbatasan utara Israel ketika pertempuran meningkat dengan pasukan Hizbullah yang didukung Iran.
Pernyataan resmi militer Israel menyoroti pentingnya serangan berbasis intelijen yang menghantam markas intelijen Hizbullah. Selain operasi Beirut, militer Israel melaporkan terbunuhnya tiga militan Hizbullah di Lebanon selatan.
Tentara Israel serang ‘pusat komando’ Hizbullah
Militer Israel mengatakan pihaknya melakukan serangan pada hari Minggu terhadap pusat komando Hizbullah dan fasilitas senjata bawah tanah di ibu kota Lebanon, Beirut.
“Pagi ini (Minggu), IAF (Angkatan Udara Israel) melakukan serangan berbasis intelijen terhadap pusat komando markas intelijen Hizbullah dan bengkel senjata bawah tanah di Beirut,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.
Dokumen rahasia AS bocor
Pemerintah AS sedang menyelidiki pelepasan dokumen rahasia mengenai strategi militer Israel tanpa izin. File-file rahasia ini, yang dikaitkan dengan Badan Intelijen Geospasial dan Badan Keamanan Nasional AS, menguraikan rencana Israel untuk menanggapi serangan rudal Iran pada 1 Oktober.
Kebocoran tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh CNN dan Axios, telah menimbulkan kekhawatiran keamanan, karena dokumen-dokumen tersebut didistribusikan ke seluruh jaringan intelijen “Five Eyes”, yang mencakup Amerika Serikat, Inggris Raya, Kanada, Selandia Baru, dan Australia.
Meskipun kebocoran tersebut mengungkapkan bahwa Israel masih memobilisasi aset militernya untuk kemungkinan serangan terhadap Iran, para pejabat AS, yang tidak mau disebutkan namanya, menegaskan bahwa dokumen tersebut tampak sah.
Lebih dari 70 orang tewas dalam serangan udara Israel Gaza
Sementara itu, Israel terus melanjutkan serangannya di Gaza, dengan wilayah utara menghadapi krisis kemanusiaan yang parah setelah blokade selama berminggu-minggu. Di Beit Lahiya, Gaza utara, serangan Israel telah menyebabkan sedikitnya 73 warga Palestina tewas, menurut sumber lokal.
Namun, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membantah angka tersebut dan menyebut jumlah korban yang dilaporkan sebagai hal yang “dilebih-lebihkan”. Jumlah korban tewas diperkirakan akan bertambah ketika petugas penyelamat berupaya membersihkan puing-puing dan menyelamatkan mereka yang terjebak di bawah reruntuhan.
Netanyahu menuduh Hizbullah melakukan upaya pembunuhan
Konflik ini juga berdampak pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang pada hari Sabtu menuduh Hizbullah berusaha membunuhnya dengan menggunakan pesawat tak berawak. Drone tersebut dilaporkan menargetkan rumah keluarganya di Kaisarea, meski tidak ada yang terluka. Netanyahu, yang tidak ada di rumah pada saat itu, bersumpah akan melakukan pembalasan, dan menyebut serangan itu sebagai “kesalahan besar” yang dilakukan Hizbullah dan memperingatkan bahwa “siapa pun yang mencoba menyakiti warga Israel akan membayar harga yang mahal.”
Pernyataan Perdana Menteri Israel ini muncul di tengah bentrokan yang sedang berlangsung antara pasukan Israel dan pasukan Hizbullah di Lebanon selatan. Konfrontasi ini menyusul pembunuhan yang ditargetkan oleh militer Israel terhadap beberapa tokoh penting, termasuk pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan Yahya Sinwar dari Hamas.
Pelarian Sinwar melalui terowongan dalam video
Israel merilis rekaman pemimpin Hamas Yahya Sinwar yang melarikan diri ke dalam kompleks terowongan menjelang serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober. Rekaman tersebut, yang menunjukkan Sinwar dan keluarganya mengangkut barang-barang ke dalam terowongan di bawah rumahnya di Khan Younis, menyoroti luasnya wilayah tersebut. infrastruktur bawah tanah yang digunakan oleh para pemimpin Hamas.
Kematian Sinwar di Gaza selatan menandai perkembangan signifikan dalam konflik Israel yang sedang berlangsung. Namun, dengan meningkatnya ketegangan di berbagai bidang, konflik antara Israel dan Hizbullah terancam semakin meluas, sehingga membuat kawasan ini semakin bergejolak.