Bangladesh President Mohammed Shahabuddin and Sheikh Hasina

DHAKA: Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin mendapati dirinya berada di garis bidik pemerintahan sementara pada hari Senin setelah penasihat hukum Asif Nazrul menuduhnya berbohong karena tidak memiliki “bukti dokumenter” bahwa mantan PM Sheikh Hasina mengundurkan diri sebelum penerbangannya pada tanggal 5 Agustus dari negara tersebut.
Ucapan Shahabuddin yang “hanya mendengar” tentang Hasina pengunduran diri mendukung putranya Sajeeb Wazed Joypernyataannya kepada Reuters dari Washington bahwa ibunya “tidak pernah secara resmi mengundurkan diri” karena dia “tidak punya waktu” untuk melakukan hal tersebut ketika pengunjuk rasa anti-pemerintah menyerbu kediamannya di Dhaka.
“Ketika keadaan sudah terkendali, suatu hari sekretaris kabinet datang untuk mengambil salinan surat pengunduran diri. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya juga sedang mencarinya,” sebuah laporan di majalah Janatar Chokh mengutip perkataan presiden.
Pasal 57(a) konstitusi Bangladesh menyatakan bahwa jabatan perdana menteri akan kosong hanya jika petahana mengundurkan diri melalui surat tertulis kepada presiden.
Munculnya kembali teori konspirasi tentang kepergian Hasina membuat penasihat hukum Nazrul mengkritik presiden karena melontarkan pernyataan yang “bertentangan dengan diri sendiri” dan “mirip dengan pelanggaran sumpahnya”.
Dia merujuk pada pidato Shahabuddin pada tanggal 5 Agustus, di mana dia mengatakan bahwa mantan PM tersebut telah menyerahkan pengunduran dirinya kepadanya. Ini terjadi beberapa jam setelah Hasina terbang ke luar negeri.
Orang dalam politik mengatakan dia tidak akan terkejut jika pemerintah sementara mencopot Shahabuddin dari jabatan presiden. “Respon pemerintah menunjukkan bahwa dewan penasihat akan membahas dalam pertemuan apakah Shahabuddin layak untuk tetap menjabat.” Nazrul memberi isyarat serupa kepada media. “Kita tahu bahwa konstitusi mengatakan jika presiden tidak memiliki kapasitas fisik atau mental untuk menjabat atau melakukan pelanggaran serius, maka dapat diambil tindakan terkait posisi tersebut,” ujarnya. “Jika seseorang membantah pernyataannya yang dibuat secara publik, hal itu dapat dianggap sebagai pelanggaran. Maka pertanyaan mungkin muncul mengenai kapasitas mental mereka untuk menjabat sebagai presiden. Presiden sendiri telah membuka pintu untuk pengawasan semacam itu.”
Pejabat BNP Hafizuddin Ahmed mengatakan diskusi seputar pengunduran diri Hasina telah menambah dimensi baru terhadap apa yang sedang berlangsung drama politik. “Berita-berita yang meresahkan dan memprihatinkan sedang beredar,” katanya. Hasnat Abdullah, salah satu koordinator gerakan mahasiswa anti diskriminasi, menuduh Liga Awami diam-diam merencanakan untuk mendapatkan kembali kekuasaan politik.