Badan antariksa Rusia Roscosmos berhasil meluncurkan roket Soyuz yang membawa muatan misi ganda dari Vostochny Cosmodrome. Roket mengangkat dua hal mendasar Satelit Ionosfer-M Mereka mengerahkan 53 satelit kecil, termasuk dua dari Iran, yang bertujuan memantau cuaca luar angkasa di sekitar Bumi.
Muatan utama pesawat ruang angkasa Soyuz-2.1, satelit Ionosfera-M, masing-masing berbobot 430 kg, mengorbit 820 km di atas permukaan bumi. Satelit-satelit ini merupakan bagian penting dari sistem yang lebih luas yang dirancang untuk memantau ionosfer—wilayah antara 50 dan 400 mil dari planet tempat atmosfer bumi bertemu dengan ruang angkasa.
Menurut NASA, pemahaman ionosfer sangat penting untuk prakiraan cuaca luar angkasa karena lapisan ini mempengaruhi operasi satelit dan sistem komunikasi global. Roscosmos berencana memperluas sistemnya dengan menyertakan empat satelit Ionosfera-M, dengan dua satelit sisanya akan diluncurkan pada tahun 2025.
Selain muatan utama, Rusia juga meluncurkan beberapa satelit kecil, termasuk Kausar dan Hodod milik Iran. Satelit pencitraan resolusi tinggi Qawsar dan satelit komunikasi Hodod adalah peluncuran teknologi luar angkasa sektor swasta pertama di Iran. Mereka bergabung dengan satelit Iran sebelumnya yang diluncurkan oleh Rusia, termasuk satelit observasi Bumi Khayyam pada tahun 2022 dan satelit Pars-1 awal tahun ini.

Peluncuran ini menggarisbawahi tumbuhnya kerja sama antara Moskow dan Teheran, seiring kedua negara memperluas hubungan di berbagai bidang. Hal ini terjadi ketika negara-negara Barat dan Ukraina menuduh Iran memasok drone untuk digunakan dalam konflik di Ukraina—klaim yang dibantah oleh kedua pemerintah.
Peluncuran satelit Iran yang didukung Rusia baru-baru ini menyusul serangkaian kegagalan dalam program luar angkasa sipil Iran. Dalam beberapa tahun terakhir, negara ini telah mengalami beberapa kegagalan peluncuran, termasuk lima kegagalan berturut-turut dengan program satelit Simorgh.
Kemajuan Iran terhambat oleh kecelakaan seperti kebakaran landasan peluncuran pada tahun 2019 yang merenggut nyawa tiga peneliti. Selain itu, pada bulan Oktober, citra satelit menunjukkan bahwa serangan balasan Israel telah menargetkan fasilitas militer yang digunakan oleh program luar angkasa Garda Revolusi Iran.
Komunitas intelijen AS telah menandai teknologi kendaraan peluncuran satelit Iran sebagai jalan pintas potensial untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mampu membawa hulu ledak nuklir.
Setelah gagalnya perjanjian nuklir tahun 2015, Teheran memperkaya uranium hingga mencapai tingkat senjata, sebuah situasi yang telah diperingatkan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dapat mengarah pada produksi berbagai senjata nuklir jika Iran memilih untuk melanjutkannya.