Mantan Presiden AS Donald Trump sekali lagi menolak konsensus ilmiah perubahan iklim Dan diejek Naiknya permukaan laut Sabtu di rapat umum kampanye di Milwaukee, Wisconsin. Ia memandang konsep pemanasan global terlalu berlebihan, dan berpendapat demikian Pemanasan nuklirNamun perubahan iklim merupakan ancaman yang paling signifikan.
“Saya akan membatalkan Green New Scam, yang merupakan salah satu penipuan terbesar dalam sejarah. Ingat negara kita akan mati dalam 12 tahun, kita datang. Namanya pemanasan global, dulu mereka menyebutnya pemanasan global, tapi sekarang mereka sebut saja perubahan iklim, lebih baik kalau itu pemanasan global. Kami benar-benar berhasil karena ini mendinginkan, tapi tahukah Anda bahwa masalah pemanasan terbesar yang kita hadapi adalah pemanasan nuklir,” kata Trump.
Dia mencemooh kekhawatiran akan naiknya permukaan air laut, dengan mengatakan, “Jadi mereka bicara tentang kenaikan permukaan laut dalam 500 tahun, sekitar seperdelapan inci, siapa yang peduli?” “Tetapi kita mempunyai orang-orang yang maniak dengan senjata nuklir dan kita tidak bisa membiarkan hal itu terjadi,” katanya, sebelum mengalihkan perhatiannya pada masalah sebenarnya.
Komentar Trump sangat kontras dengan kebijakan iklim dan sikap saat ini pemerintahan Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris.
Sepanjang karir politiknya, Trump telah berulang kali menyatakan skeptisismenya terhadap perubahan iklim, dan beberapa kali terkenal menyebutnya sebagai “hoax”. Selama masa kepresidenannya pada tahun 2017-2021, pemerintahan Trump membatalkan banyak peraturan lingkungan hidup dan lebih memilih peningkatan pengeboran minyak dan gas.
Salah satu langkah Trump yang paling kontroversial adalah pengumuman pada tahun 2017 bahwa Amerika Serikat akan menarik diri dari Perjanjian Paris, sebuah perjanjian internasional yang bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca untuk membatasi pemanasan global. Trump berpendapat bahwa Perjanjian Paris tidak adil bagi AS dan akan menyebabkan hilangnya lapangan kerja di AS dan digantikan oleh negara-negara seperti Tiongkok.
Tak lama setelah menjabat pada tahun 2021, Presiden Biden menandatangani perintah eksekutif yang mengizinkan Amerika Serikat untuk kembali memasuki perjanjian tersebut.
Jika terpilih untuk masa jabatan kedua, Trump telah mengindikasikan bahwa ia akan kembali menarik diri dari Amerika Serikat. Dari Perjanjian Paris. Sebaliknya, pemerintahan Biden telah menjadikan penanganan perubahan iklim sebagai prioritas utama melalui kebijakan yang mempromosikan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai mekanisme tertentu, sebagian besar ilmuwan sepakat bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia berisiko terhadap kenaikan permukaan air laut, kejadian cuaca ekstrem, kekeringan, dan dampak lainnya dalam beberapa dekade mendatang tanpa mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan.