Ini adalah gambar yang dihasilkan AI (Kredit gambar: Copilot)

Tiongkok telah secara resmi meluncurkan survei yang melibatkan 30.000 individu di 150 kabupaten dan 1.500 komunitas untuk memahami sikap masyarakat terhadap melahirkan anak, dan ketakutan seputar memiliki anak, menurut Global Times yang didukung pemerintah, mengutip Pusat Penelitian Kependudukan dan Pembangunan Tiongkok, yang merupakan sebuah survei bagian dari Komisi Kesehatan Nasional (NHC).
Survei ini dilakukan ketika pemerintah Tiongkok bergulat dengan tantangan untuk meningkatkan penurunan angka kemiskinan di negaranya angka kelahiran.
Tiongkok mengalami tahun kedua berturut-turut penurunan populasi pada tahun 2023, mendorong pemerintah mengambil langkah-langkah untuk mendorong pasangan muda untuk memulai keluarga.
Survei ini bertujuan untuk menyelidiki “keengganan dan ketakutan seputar memiliki anak” dan pada akhirnya memberikan dukungan dan insentif untuk meningkatkannya tingkat kesuburan.
Pada bulan September, pejabat kesehatan Tiongkok menekankan pentingnya mempromosikan pernikahan dan melahirkan pada “usia yang sesuai” dan menyerukan tanggung jawab bersama sebagai orang tua untuk membimbing generasi muda menuju “perspektif positif mengenai pernikahan, melahirkan dan keluarga”. Media pemerintah sering mengaitkan perkembangan populasi dengan gagasan Tiongkok yang kuat dan segar kembali.
Song Jian, seorang ahli demografi yang berafiliasi dengan pusat Studi Kependudukan dan Pembangunan Universitas Renmin Tiongkok, berbicara kepada Global Times tentang penerapan kebijakan tiga anak dan langkah-langkah pendukungnya sejak tahun 2021.
Ia menyoroti bahwa pemerintah telah menerapkan sistem kebijakan pendukung kesuburan, dan berbagai daerah telah aktif menerapkan langkah-langkah tersebut. Namun, penting untuk memahami bagaimana keluarga memandang kebijakan-kebijakan ini dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi yang mungkin masih ada.
“Survei pengambilan sampel yang representatif secara nasional akan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini dan membantu menyempurnakan kerangka kebijakan dengan dukungan data.”
Ketika ditanya tentang efektivitas survei ini dalam mengatasi keengganan atau ketakutan generasi muda untuk memiliki anak, Song mengakui bahwa meskipun survei itu sendiri tidak dapat menyelesaikan masalah secara langsung, namun survei ini dapat menjelaskan permasalahan mendasar dan memberikan wawasan berbasis data untuk mendukung solusi potensial. . Ia menekankan pentingnya kebijakan dukungan kesuburan yang tepat sasaran dan didasarkan pada pemahaman menyeluruh dan tepat mengenai kebutuhan keluarga.
Survei keluarga dan kesuburan nasional terakhir dilakukan pada tahun 2021, dan Biro Statistik Nasional telah mengumumkan rencana survei sampel nasional lainnya mulai 10 Oktober hingga 30 November untuk memantau perubahan populasi.