Partai Voluntad Popular menyalahkan pemerintah Maduro atas kematian salah satu pendirinya, Edwin Santos.

Seorang pemimpin oposisi Venezuela ditemukan tewas setelah ditahan negara, menurut partai politiknya.

Voluntad Popular (Popular Will), sebuah partai kiri-tengah yang menentang pemerintahan Presiden Nicolás Maduro, mengatakan pemimpin lokal dan salah satu pendirinya Edwin Santos ditemukan tewas di jembatan yang menghubungkan negara bagian Apure dan Táchira di Venezuela.

Santos telah ditahan oleh dinas keamanan negara dua hari sebelumnya dalam perjalanan ke komunitas El Pinal di negara bagian Táchira, kata Voluntad Popular, mengutip para saksi di daerah tersebut.

Partai tersebut menyalahkan “rezim Maduro” atas “pembunuhan” yang dilakukan Santos, dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut jelas merupakan “pembalasan politik.”

“Apa yang terjadi pada Edwin Santos menegaskan berlanjutnya kebijakan penindasan, penganiayaan, dan pembunuhan yang dilakukan oleh rezim kriminal,” kata Voluntad Popular dalam pernyataan yang dipublikasikan di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

‘Tidak diragukan lagi ini adalah kejahatan politik’

Gambar jenazah Santos juga diposting.

Pemimpin oposisi di pengasingan Leopoldo López menulis di media sosial: “Kemarin kami mengecam penculikan Edwin Santos oleh kediktatoran Maduro.”

Dia menambahkan: “Hari ini dia tampak mati. Dia DIBUNUH, kami yakin itu adalah kejahatan politik.”

Partai tersebut menggambarkan Santos sebagai aktivis penting yang berbicara mewakili komunitasnya. Dikatakan dia memiliki seorang istri dan dua anak.

Mantan duta besar Venezuela untuk AS, Carlos Vecchio, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia mengenal Santos dengan baik, dan menggambarkannya sebagai “orang hebat” dan “pemimpin”.

Vecchio mengatakan ada bukti bahwa Santos “disiksa” dan “dilempar” di pinggir jalan tempat dia ditemukan.

Laporan ini muncul setelah meningkatnya tindakan keras terhadap suara-suara oposisi di Venezuela, di mana Maduro terpilih sebagai pemenang pemilu yang disengketakan pada akhir Juni.

Garda nasional Venezuela, kepolisian dan kelompok bersenjata yang dikenal sebagai “colectivos” membunuh 23 orang selama protes setelah pemilu tanggal 28 Juli, kata Human Rights Watch (HRW) dalam sebuah laporan tentang tindakan keras pasca pemilu.

Lawan oposisi Maduro, Edmundo Gonzalez, melarikan diri ke Spanyol setelah surat perintah penangkapan dikeluarkan untuknya.

Kemarin, Uni Eropa memberikan penghargaan hak asasi manusia tertinggi kepada Gonzelez dan rekan pemimpin oposisinya, Maria Corina Machado.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, Gonzalez berjanji bahwa “perjuangan Venezuela belum berakhir.”

“Rezim terus menghalangi perubahan politik, melakukan peningkatan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata Gonzalez. “Demokrat, di dalam dan di luar Venezuela, harus bekerja sama agar mandat kedaulatan rakyat Venezuela dihormati.”