Badai berbahaya lainnya sedang mendekati Filipina, mengancam wilayah di mana puluhan orang tewas akibat banjir bandang dan tanah longsor beberapa minggu lalu, kata badan cuaca.

Topan Usagi melanda kepulauan itu pada hari Jumat ketika tim penyelamat bekerja untuk menjangkau penduduk yang terjebak di atap rumah di pulau Luzon utara, di mana kawanan ternak hancur.

Ribuan orang mengungsi akibat Usagi, badai besar kelima yang melanda negara itu dalam waktu kurang dari sebulan.

Ia melemah saat menuju Taiwan, setelah menghancurkan rumah-rumah di jalurnya.

Gelombang bencana baru-baru ini telah menewaskan sedikitnya 159 orang dan mendorong PBB meminta bantuan sebesar $32,9 juta untuk wilayah yang paling terkena dampak.

Pada hari Kamis, banjir bandang yang disebabkan oleh Usagi melanda 10 desa yang sebagian besar dievakuasi di sekitar kota Gonzaga di provinsi Cagayan, kata pejabat penyelamat setempat Edward Gaspar kepada kantor berita AFP.

“Kami menyelamatkan beberapa orang yang menolak pergi ke tempat penampungan dan terjebak di atap,” kata Gaspar.

Pohon-pohon tumbang akibat banjir merusak jembatan utama di Gonzaga, mengisolasi kota tetangga Santa Ana, kota pesisir berpenduduk sekitar 36.000 jiwa, kata pejabat Cagayan.

“Sebagian besar pengungsi sudah kembali ke rumah, namun ada beberapa yang kami selamatkan. Pertama-tama kami harus memeriksa apakah rumah mereka masih aman untuk dihuni,” kata Bonifacio Espiritu, kepala operasi di kantor pertahanan sipil di Cagayan, kepada AFP.

Pada Jumat pagi, Usagi melintasi Selat Luzon dengan kecepatan berkurang 120 km/jam (75 mph) saat menuju Taiwan selatan, di mana pihak berwenang mengklasifikasikannya sebagai badai tropis.

Namun gelombang cuaca buruk diperkirakan akan terus berlanjut di Filipina tengah, tempat Badai Tropis Man-yi diperkirakan akan melanda perairan pesisir pada hari Minggu.

Badan cuaca mengatakan serangan itu bisa terjadi di atau dekat ibu kota padat penduduk, Manila.

Menurut penilaian PBB, badai bulan lalu merusak atau menghancurkan 207.000 rumah, dan 700.000 orang terpaksa mencari perlindungan sementara.

Banyak keluarga tidak memiliki barang-barang penting, seperti kasur, perlengkapan kebersihan dan peralatan dapur, serta memiliki akses terbatas terhadap air minum.

Ribuan hektar lahan pertanian telah hancur dan banjir yang berkepanjangan dapat menunda upaya penanaman kembali dan memperburuk masalah pasokan pangan, tambah laporan tersebut.

Sekitar 20 badai dan topan besar menghantam negara Asia Tenggara atau perairan sekitarnya setiap tahun, menewaskan puluhan orang dan membuat jutaan orang berada dalam kemiskinan abadi, namun tidak lazim jika beberapa peristiwa cuaca ini terjadi dalam waktu singkat.