Sekitar 1.685 narapidana yang “sakit parah” telah dibebaskan dari salah satu penjara paling terkenal di Republik Demokratik Kongo untuk mengatasi kepadatan yang berlebihan.
Pembebasan dimulai di penjara Makala di ibu kota Kinshasa pada hari Minggu.
Itu dia, awal bulan ini 129 narapidana tewas dalam upaya pembobolan penjara. Para pejabat mengatakan beberapa orang tewas akibat tembakan pasukan keamanan, sementara yang lain tewas tertimpa.
Pemerintah telah berjanji untuk mempercepat rencana mengurangi kepadatan penjara, dimana kondisinya digambarkan sebagai “neraka”.
Beberapa tahanan yang ditandai untuk dibebaskan dapat dilihat pada a Serangkaian gambar dipublikasikan di halaman Facebook Kementerian Kehakiman.
Salah satunya, seorang pria didorong dalam gerobak dorong dengan perban kotor di sekitar kaki kanannya dan di bawah lutut.
Di foto lain, lusinan pria terlihat kekurangan gizi, dan satu orang di latar depan mengalami luka terbuka.
Dalam sebuah video, seorang narapidana tidak mampu berdiri dan berteriak bahwa dia akan mengubah hidupnya dan tidak akan menyakiti orang lain lagi. Ia juga memuji pejabat yang bertanggung jawab, Menteri Kehakiman Constant Mutamba.
Muthamba mengatakan mereka yang membutuhkan perhatian medis akan dirawat, sementara yang lain akan dipulangkan dengan bus yang disediakan pemerintah, kantor berita AP melaporkan.
Menteri telah memerintahkan pembebasan ratusan orang dari Makala ketika ia mencoba mengurangi populasi penjara. Dia juga melarang pemindahan tahanan baru ke penjara.
Dengan populasi sedikitnya 14 juta jiwa, Kinshasa memiliki dua penjara. Selain Makala, penjara militer di Ndole resmi menampung 500 orang.
Emmanuel Adu Cole, kepala Bill Clinton Foundation for Peace, sebuah LSM lokal yang berfokus pada kondisi penjara, menyambut baik pembebasan tersebut namun mengatakan masih banyak yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah di dalam penjara.
Penjara tersebut, yang dibangun pada tahun 1950-an, dapat menampung hingga 1.500 narapidana, namun berbagai perkiraan telah menampung setidaknya 12.000 orang sebelum percobaan pembobolan penjara bulan ini.
Seorang mantan tahanan mengatakan kepada BBC bahwa kondisi di dalam “sangat buruk”.
“Makala bukanlah penjara, tapi pusat penahanan yang mirip dengan kamp konsentrasi, tempat orang-orang dikirim untuk mati,” kata Stanis Bujakera.
Video yang dia rekam secara diam-diam di dalam menunjukkan betapa padatnya semua orang, serta tidak memadainya jatah harian.
Pihak berwenang telah lama menyadari masalah kepadatan penduduk.
Beberapa pejabat menyalahkan hakim karena mengirim terdakwa ke penjara. Pada tahun 2020, diperkirakan hanya 6% narapidana yang menjalani hukuman – sisanya terjebak dalam sistem peradilan Kongo, dimana kasusnya bisa berlarut-larut selama bertahun-tahun.