Pengadilan Korea Selatan telah menjatuhkan hukuman penjara kepada tiga petugas polisi karena penanganan mereka terhadap kerusuhan Halloween tahun 2022 di distrik hiburan Seoul yang menewaskan 159 orang.
Vonis yang dijatuhkan pada hari Senin ini adalah yang pertama atas kegagalan pihak berwenang dalam mencegah atau merespons secara memadai kepadatan penduduk di distrik Itaewon yang populer. Tidak ada pejabat pemerintah yang didakwa atau dimintai pertanggungjawaban, sehingga menimbulkan kritik yang semakin besar dari anggota keluarga dan politisi oposisi.
Bentrokan tersebut merupakan salah satu bencana terburuk di masa damai Korea Selatan dan menyebabkan curahan kesedihan di seluruh negeri. Sebagian besar korban berusia 20-an dan 30-an tahun dan berkumpul di Itaewon untuk merayakan Halloween.
Pengadilan Distrik Barat Seoul menjatuhkan hukuman tiga tahun penjara kepada Lee Im-jae, mantan kepala Kantor Polisi Yongsan Seoul, yang memiliki yurisdiksi atas Itaewon. Petugas polisi Yongsan lainnya dijatuhi hukuman dua tahun penjara, dan petugas ketiga dijatuhi hukuman percobaan dua tahun.
Tiga petugas polisi dinyatakan bersalah karena kelalaian profesional yang mengakibatkan kematian. Pengadilan memutuskan bahwa tabrakan tersebut bukanlah bencana alam dan bahwa ketiga petugas tersebut telah mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi massa, segera memperingatkan petugas lain akan bahaya tersebut, dan mengawasi petugas lainnya dengan baik, dan memutuskan bahwa jumlah korban dapat dicegah tol berkurang.
Baik petugas polisi maupun jaksa dapat mengajukan banding.
Pengadilan juga membebaskan Walikota Kantor Distrik Yongsan Park Hee-young dan tiga pegawai distrik lainnya. Laporan itu mengatakan pejabat distrik tidak mempunyai hak hukum untuk mengendalikan atau membubarkan massa.
Anggota keluarga mengkritik pembebasan Park dan pejabat distrik lainnya. “Apakah ini ada artinya? Ini sama sekali tidak bisa diterima,” kata Lee Jeong-min, perwakilan keluarga yang berduka.
Pada awal tahun 2023, penyelidikan khusus polisi menyimpulkan bahwa meskipun diperkirakan banyak orang akan mengunjungi Itaewon, polisi dan pejabat kota gagal mengembangkan langkah-langkah pengendalian massa yang efektif. Para penyelidik mengatakan polisi mengabaikan panggilan hotline dari pejalan kaki yang memperingatkan akan bertambahnya kerumunan orang sebelum lonjakan tersebut berubah menjadi mematikan.
Ditulis bersama dengan Associated Press