Partai oposisi utama Eswatini mengklaim pemimpinnya diracun dalam upaya pembunuhan, sebuah langkah baru di negara Afrika bagian selatan, salah satu monarki absolut yang tersisa, di mana pihak berwenang telah lama bergerak untuk menghancurkan gerakan pro-demokrasi. Partai tersebut berada di bawah pengawasan.
Partai Gerakan Persatuan Demokratik Rakyat (Pudemo) mengumumkan pada hari Selasa bahwa pemimpinnya Mlungisi Makhanya telah dirawat di rumah sakit setelah diracuni di negara tetangga Afrika Selatan. Surat kabar tersebut mengatakan dia berada dalam tahanan yang aman, namun tidak memberikan rincian tentang kondisinya atau keadaan seputar dugaan keracunannya. Makanya baru-baru ini mengatakan akan ada protes pro-demokrasi baru di Eswatini bulan depan. Juru bicara pemerintah Eswatini Alfias Nxumalo membantah terlibat.
Raja Mswati III memerintah Eswatini, negara berpenduduk 1,2 juta orang, dengan wewenang atas semua cabang pemerintahan. Pria berusia 56 tahun ini telah menjadi raja sejak tahun 1986, ketika ia menggantikan ayahnya pada usia 18 tahun. Kelompok hak asasi manusia mengkritik pemerintahannya, mengatakan tidak ada ruang untuk oposisi, dan menuduh pasukan keamanan melakukan penindasan brutal terhadap SS. Aktivis demokrasi.
Eswatini, yang sebelumnya dikenal sebagai Swaziland, telah diguncang oleh gerakan pro-demokrasi pada tahun 2021 yang merupakan tantangan paling serius bagi pemerintahan Mswati. Protes tersebut memicu reaksi balik, dengan setidaknya 46 orang dibunuh oleh pasukan keamanan sejak saat itu, menurut Human Rights Watch.
Pembunuhan paling mengejutkan terjadi tahun lalu ketika pengacara hak asasi manusia dan anggota Pudemo Thulani Maseko ditembak mati di rumahnya di depan istri dan anak-anaknya. Makanya saat itu mengatakan bahwa pembunuhan rekannya adalah pembunuhan politik. Pemerintah membantah terlibat. Tidak ada seorang pun yang dimintai pertanggungjawaban.
Dugaan keracunan Makanya memicu reaksi dari partai politik Afrika Selatan minggu ini, termasuk Partai Pejuang Kemerdekaan Ekonomi. Surat kabar itu mengatakan Makhanya dijadwalkan memimpin gerakan pro-demokrasi bulan depan ketika dia ditemukan “tidak berdaya” di rumahnya di Afrika Selatan, dan menyalahkan “rezim Mswati yang represif” atas kejadian ini.
Partai politik dilarang di Eswatini pada tahun 1970an, dan beberapa partai politik kini diizinkan beroperasi, namun undang-undang ini belum dicabut. Raja tetap menunjuk perdana menteri, mayoritas senator, dan minoritas anggota majelis rendah. Hampir semua perwakilan masyarakat setia kepada raja, yang mempunyai hak veto dan dapat membuat undang-undang.
Raja Mswati III memiliki lebih dari selusin istri dan dituduh menjalani kehidupan mewah sementara masyarakat umum di negara itu menderita tingkat kemiskinan yang tinggi.