Beberapa personel AS terluka dalam dugaan serangan roket terhadap pangkalan militer AS di Irak, kata para pejabat AS.
Serangan itu terjadi ketika Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengatakan Timur Tengah berada pada titik kritis menyusul pembunuhan para pemimpin senior Hamas dan Hizbullah.
Para pejabat mengatakan kepada mitra BBC, CBS News, bahwa serangan itu menghantam pangkalan udara Al Asad di Irak barat dan masih melakukan penilaian kerusakan.
Belum diketahui siapa dalang penyerangan tersebut.
Sumber keamanan mengatakan kepada CBS bahwa dua roket Katyusha ditembakkan ke pangkalan tersebut, dan satu roket jatuh di dalam pangkalan tersebut.
“Kami dapat memastikan bahwa ada serangan roket yang mencurigakan hari ini terhadap pasukan AS dan koalisi di Pangkalan Udara Al Asad di Irak,” kata juru bicara Departemen Pertahanan.
“Ada indikasi awal bahwa beberapa personel AS terluka. Personil pangkalan sedang melakukan penilaian kerusakan pasca serangan,” kata juru bicara tersebut.
Tidak jelas berapa banyak personel AS yang terluka, atau seberapa parah cedera mereka.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Presiden Joe Biden telah diberi pengarahan mengenai dugaan serangan tersebut.
Serangan itu terjadi setelah AS melancarkan serangan di Irak pekan lalu, yang digambarkan sebagai tindakan membela diri terhadap militan yang menurut para pejabat sedang bersiap meluncurkan drone terhadap pasukan AS dan koalisi di wilayah tersebut.
Ketegangan meningkat sejak kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dalam ledakan di wisma tamunya di Teheran Rabu lalu.
Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) menuduh Israel membunuh Haniyah dan mengatakan mereka didukung oleh AS. Israel belum mengomentari kematian Haniyeh.
Juga pekan lalu, Israel mengatakan pihaknya membunuh seorang komandan penting Hizbullah dalam serangan udara di pinggiran selatan ibu kota Lebanon, Beirut.
Iran dan Hizbullah mengancam akan membalas Israel atas pembunuhan tersebut.
Pangkalan Al Assad diserang pada bulan Januari tahun ini oleh milisi yang didukung Iran, yang menembakkan rudal balistik dan roket – yang sebagian besar dapat dicegat, kata Komando Pusat AS pada saat itu.
Beberapa personel AS diperkirakan menderita cedera otak traumatis setelah serangan itu, sementara setidaknya satu anggota militer Irak terluka.
Pangkalan udara tersebut telah digunakan oleh AS sejak tahun 2004 setelah invasi ke Irak dan telah dikunjungi oleh mantan presiden AS George W Bush dan kemudian Donald Trump.