Presiden Tunisia Kais Saied mengamankan masa jabatan lima tahunnya yang kedua dengan kemenangan telak, namun jumlah pemilih dalam pemilu tersebut merupakan salah satu yang terendah dalam sejarah negara Afrika Utara tersebut.
Otoritas Pemilihan Umum Independen (ISIE) mengumumkan pada Senin malam bahwa Said memenangkan 90,7% suara dengan jumlah pemilih 27,7% dalam pemilu hari Minggu.
Di posisi kedua adalah Ayachi Zamel, yang saat ini ditahan dan menjalani hukuman 12 tahun penjara karena diduga memalsukan dokumen selama persiapan pemilu, dengan perolehan suara mingguan sebesar 7,4%. Mantan sekutu Saied yang menjadi musuh, mantan anggota parlemen Zuhair Magzawi, juga muncul dalam pemungutan suara. ISIE mendiskualifikasi lebih dari selusin kandidat menjelang pemilu, sehingga menyisakan tiga kandidat untuk ikut serta di TPS.
Tingkat partisipasi pemilih mencapai lebih dari 11% dari 9 juta pemilih pada pemilu lokal bulan Desember lalu, namun secara historis masih tergolong rendah. Para pengamat mengatakan laporan tersebut memberikan wawasan mengenai ketidakpuasan banyak warga Tunisia ketika negara tersebut tergelincir ke dalam pemerintahan otoriter.
“Ini merupakan kelanjutan dari revolusi,” kata Said di televisi pemerintah Senin pagi, merayakan kemenangannya. “Kami akan membangun negara ini dan membasmi para koruptor, pengkhianat, dan konspirator.”
Saied mulai berkuasa pada tahun 2019 dalam pemilu kedua setelah protes Musim Semi Arab yang menyebabkan tergulingnya mantan orang kuat Ben Ali, yang telah berkuasa selama lebih dari dua dekade. Sejak itu, presiden yang menjabat telah memprorogasi Kongres dan dua tahun lalu mendukung referendum yang memberi presiden kekuasaan besar.
Beberapa pembangkang dan tokoh pembangkang, termasuk mantan anggota parlemen Saeed Ferjani, telah ditahan dan masih ditahan, dengan akses terbatas pada keluarga dan perwakilan hukum mereka.
Pada tahun 2023, komentar Said tentang imigran kulit hitam tidak berdokumen menjadi berita utama global dan menuai kritik dari seluruh komunitas internasional. Dia dengan santai membalas dengan mengatakan dia tidak bisa menjadi seorang rasis karena dia memiliki kerabat yang “menikah dengan orang Afrika”.