WPenulis dan sutradara JT Molnar mengacak narasi dalam horor pembunuh berantai yang menyeramkan dan orisinal ini, dengan setiap bab muncul dalam urutan linier. Setiap kartu cerita berisi provokasi yang angkuh, diakhiri dengan kontribusi arogan yang tidak membantu terhadap pertanyaan politik seksual yang dibahas oleh petugas penangkap laki-laki dan perempuan. Ini mengingatkan saya pada tampilan film yang dibuat 40 atau 50 tahun lalu. Difilmkan dengan ukuran 35mm oleh aktor sekaligus sinematografer Giovanni Ribisi, film ini merupakan film yang sangat mengejutkan dan penuh dengan misogini dan kiasan terakhir tentang gadis. Dibidik dengan gaya Brian De Palma dengan kamera “diopter split” yang menakutkan (menunjukkan wajah yang menjulang dari jarak dekat, diikuti oleh sosok yang sama fokusnya jauh di belakang) dan Ford Pinto tahun 1978. Ada sesuatu yang mirip Tobe Hooper tentang ketakutan wanita di belakang kemudi. (Mobil yang ditampilkan dalam pendingin Stephen King Cujo tahun 1983).
Kita mulai dengan judul latar belakang sejarah palsu tentang seorang pembunuh berantai yang melakukan pembunuhan di jantung Amerika beberapa tahun lalu. Nama panggilan si pembunuh dirahasiakan. Kami kemudian melihat seorang pria berwajah muram (diperankan oleh Kyle Gallner) bersenjatakan senapan tanpa henti mengejar korban yang ketakutan (Willa Fitzgerald). Seorang wanita histeris mencari perlindungan di sebuah rumah hutan yang dihuni oleh dua pria tua hippie yang diperankan oleh Ed Begley Jr. dan Barbara Hershey.
Jika kita memundurkan bab sebelumnya, kita mengetahui bahwa pemburu dan mangsa pernah melakukan one-night stand. Dia membawanya ke sebuah hotel dan dia menyatakan bahwa dia hampir tidak mengenalnya dan dengan acuh tak acuh bertanya apakah dia adalah seorang pembunuh berantai. Setelah mendengar jawaban negatif dan meyakinkan, mereka memulai permainan peran seksual yang sangat berbahaya dan transgresif yang bertujuan untuk mengeluarkan semua orang yang terlibat dari zona nyaman mereka. Sebuah permainan peran yang menjadi nyata dengan keniscayaan yang memuakkan, bahkan ketika narasi yang membingungkan mengaburkan momen terjadinya. Rasanya tidak enak tanpa kompromi, tetapi dibuat dengan ketelitian dan disiplin yang mematikan.