Program pendidikan persetujuan baru Tinder mewakili komitmen terbaru aplikasi kencan tersebut untuk membantu pengguna muda Australia lebih memahami dan menerapkan persetujuan dalam interaksi online mereka.
Inisiatif ini, yang dikenal sebagai School of Swipe, dikembangkan melalui kemitraan antara Chanel Contos, pendiri organisasi nirlaba Teach Us Consent, dan Women’s Services Network. Daripada terintegrasi langsung ke dalam aplikasi, School of Swipe mengarahkan pengguna ke platform eksternal tempat mereka dapat mengakses berbagai sumber daya. Ini termasuk Dating Dictionary: Consent Edition, serangkaian video informatif yang diproduksi oleh duo podcast Relatables, serta informasi kontekstual tambahan yang disediakan oleh Contos sendiri.
School of Swipe lahir sebagai respons terhadap penelitian yang dilakukan oleh Tinder yang mengungkap kesenjangan yang meresahkan dalam sikap persetujuan di kalangan anak muda Australia. Studi ini menemukan bahwa meskipun banyak anak muda Australia yang yakin dengan pemahaman mereka tentang persetujuan, masih banyak kesalahpahaman yang terjadi. Khususnya, 25% pengguna aplikasi kencan Generasi Z dan Milenial salah meyakini bahwa perilaku sembunyi-sembunyi (melepas kondom tanpa persetujuan) dapat diterima atau tidak yakin dengan status hukumnya. Selain itu, sekitar 79% responden melaporkan merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan preferensi keintiman pasangannya daripada menegaskan batasannya sendiri.
Upaya Tinder mencerminkan gerakan yang lebih luas dalam industri kencan online untuk mengatasi kritik dan meningkatkan keselamatan pengguna. Secara historis, Tinder berada di bawah pengawasan ketat karena dianggap gagal menerapkan langkah-langkah regulasi yang efektif dan bekerja sama dengan penegak hukum untuk melindungi pengguna yang rentan. Aplikasi ini sebelumnya telah dikritik karena mendorong lingkungan pelecehan dan kekerasan.
Pada tahun 2020, penelitian saya tentang aplikasi kencan dan keintiman mengungkapkan bahwa banyak perempuan mengalami kekerasan yang difasilitasi oleh teknologi. Ini termasuk gambar seksual yang tidak diminta, pelecehan, penguntitan, dll. Yang meresahkan adalah banyak perempuan yang menganggap dan menganggap normal pengalaman negatif ini sebagai sesuatu yang melekat dalam penggunaan aplikasi kencan. Lingkungan kencan sering kali digambarkan sebagai “pasar daging”, yang mencerminkan sifat interaksi yang luas dan mengerikan.
Pemerintah Australia juga mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini. Pada bulan Januari 2023, National Roundtable on Online Dating Safety mempertemukan perwakilan dari industri, pemerintah, keluarga, sektor kekerasan dalam rumah tangga dan seksual, serta kelompok advokasi korban dan penyintas. Hasil pertemuan tersebut memberikan pesan yang jelas kepada aplikasi kencan: Aplikasi kencan harus mengatur dirinya sendiri secara efektif atau menghadapi peraturan formal. Sebagai tanggapannya, aplikasi kencan termasuk Tinder telah menyetujui kode etik sukarela yang mencakup peningkatan kolaborasi dengan penegak hukum, larangan perilaku tidak pantas di seluruh platform, dan peningkatan pendidikan pengguna.
Terlepas dari perkembangan ini, School of Swipe bukannya tanpa kritik. Salah satu kekhawatiran yang signifikan adalah sifat eksternal situs web. Tidak dapat diaksesnya aplikasi Tinder dapat membatasi cakupan dan dampak program. Terdapat juga kekhawatiran bahwa menjadikan kekerasan seksual sebagai masalah “miskomunikasi” atau kurangnya pendidikan dapat mengaburkan isu-isu sistemik yang lebih dalam atau meremehkan kekerasan seksual. Pendidikan saja mungkin tidak cukup untuk mengatasi permasalahan lebih dalam yang berkontribusi terhadap pelecehan.
Penelitian menunjukkan bahwa kelompok tertentu sangat rentan terhadap kekerasan dalam kencan online dan offline. Perempuan, komunitas yang beragam secara budaya dan bahasa, individu LGBTIQIA+, dan pengguna Pribumi sering menghadapi berbagai bentuk diskriminasi dan pelecehan. Kelompok-kelompok ini dapat memperoleh manfaat dari pendekatan yang lebih inklusif dan spesifik secara budaya yang dapat menjawab kebutuhan mereka dan memastikan bahwa suara mereka didengar dalam pengembangan langkah-langkah keselamatan.
Efektivitas School of Swipe bergantung pada kemampuannya untuk terlibat dengan populasi yang beragam dan rentan ini. berarti. Meskipun program ini merupakan langkah penting untuk membuat kencan online lebih aman, evaluasi dan adaptasi yang berkelanjutan sangatlah penting. Tantangannya adalah menciptakan pendekatan yang lebih komprehensif yang tidak hanya mengedukasi pengguna tentang persetujuan, namun juga mengatasi permasalahan mendasar pelecehan dan diskriminasi yang masih terjadi di dunia kencan online.
Seiring dengan berkembangnya industri ini, fokus pada izin dan keselamatan pengguna akan terus menjadi hal yang penting. Inisiatif seperti School of Swipe adalah sebuah permulaan, namun harus menjadi bagian dari strategi yang lebih luas dan komprehensif untuk memastikan interaksi yang aman dan saling menghormati bagi semua pengguna. Keberhasilan upaya-upaya ini akan diukur tidak hanya dari efektivitas program-program pendidikan, namun juga dari apakah program-program tersebut meningkatkan keselamatan pengguna dan mengurangi perilaku berbahaya terhadap perempuan dan pengguna yang rentan.
Dr Lisa Portran adalah seorang akademisi di Universitas Teknologi Sydney dan penulis beberapa buku, termasuk Cinta, Keintiman, dan Kencan Online: Bagaimana Pandemi Global Mendefinisikan Ulang Keintiman.