Pada pagi hari tanggal 21 Agustus 1911, Mona Lisa, yang kini bisa dibilang lukisan paling terkenal di dunia, dicuri dari tempatnya di museum Louvre Paris. Berita pencuriannya menimbulkan sensasi nasional dan internasional, mengukuhkan tempat lukisan itu dalam sejarah.

Sebelum perampokan, lukisan itu tidak memiliki sensasi artistik seperti sekarang. Setelah berita pencurian tersebut tersebar, hal ini menjadi ‘tanda malu’ bagi warga Paris dan menjadi berita utama di seluruh dunia, dengan banyak tokoh terkenal yang dicurigai melakukan pencurian tersebut.

Namun ketiga pria pelaku kejahatan tersebut ternyata hanya antek belaka. Konspirator utamanya, Vincenzo Peruggia, mengaku telah mencuri lukisan tersebut untuk dikembalikan ke tempat semestinya di negara asalnya, Italia.

Mengapa Perugia ingin membawa Mona Lisa ke Italia?

Hal ini disebabkan oleh Leonardo da Vinci yang melukis saat tinggal di Italia antara tahun 1452 dan 1519. Da Vinci bukan hanya seorang pelukis. Ia juga seorang polimatik, insinyur, ilmuwan, pematung dan arsitek.

Mona Lisa, yang paling miliknya Sebuah lukisan terkenalDilukis pada tahun 1503. Banyak ahli meyakini itu adalah potret wanita bangsawan Italia Lisa del Giocondo. Saat ini sudah menjadi hal yang lumrah bagi para bangsawan untuk menggambarkan diri mereka sendiri dan keluarganya. Namun, potret da Vinci menyimpang dari tradisi dalam beberapa hal: pakaian kasual yang dikenakan subjek, fokus pada wajah subjek, dan ekspresi wajahnya, yang telah menjadi bahan perdebatan di kalangan pengamat selama ratusan tahun.

Apa yang membuat lukisan itu begitu populer?

Mona Lisa diterima dengan baik pada saat dilukis, tetapi tidak dianggap luar biasa atau mengesankan. Lukisan baru muncul sebagai ciri khas seni Renaisans setelah kematian da Vinci, setidaknya 400 tahun kemudian, ketika sebagian elite seni Prancis mulai menghargainya.

Lalu apa yang menjadikannya lukisan paling dikenal di dunia? Teori bervariasi. Beberapa ahli mengatakan pengaruh budaya berasal dari misteri seputar identitas perempuan. Meskipun banyak yang percaya lukisan itu adalah karya Gioncondo, tidak ada komisi resmi yang membuktikan teori ini, sehingga banyak orang yang terus-menerus bertanya-tanya tentang identitas sebenarnya dari subjek tersebut. Selain itu, ada pula yang percaya bahwa ‘mitonifikasi’ da Vinci pada abad ke-19 menyebabkan dampak budaya pada lukisan tersebut. Dengan ditemukannya jurnal-jurnalnya, posisi Da Vinci sebagai seorang polimatik tertanam di benak banyak orang sebagai lambang gagasan ‘Manusia Renaisans’, yang bersamanya mengangkat status lukisannya.

Namun, ada juga yang berpendapat bahwa pencurian tersebut meningkatkan status lukisan tersebut karena menjadi berita utama di seluruh dunia. Dampak dari peristiwa tersebut telah memudar pada awal Perang Dunia I, namun reproduksi lukisan karya seniman Marcel Duchamp pasca perang membawanya kembali ke mata publik. Reproduksi Andy Warhol mempertahankannya dalam zeitgeist budaya hingga akhir abad ke-20.

Insiden vandalisme lainnya

Lukisan itu telah dirusak beberapa kali selama bertahun-tahun. Sejak akhir abad ke-20, lukisan diserang dengan batu, silet, dan bahkan cangkir teh. Selain itu, lukisan itu terlindungi di balik kaca antipeluru.

Mona Lisa juga dirusak dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran akan berbagai masalah politik dan sosial. Pada tahun 1974, sebuah pameran museum di Tokyo disemprot dengan cat merah untuk memprotes kurangnya fasilitas bagi penyandang disabilitas. Pada tahun 2022, mereka diserang dengan kue untuk meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim. Pada bulan Januari tahun ini, kelompok Perancis mengaku bertanggung jawab menyerang lukisan ‘Riposte Alimentaire’ dengan sekaleng sup, dengan mengatakan bahwa mereka memprotes situasi pertanian kontemporer dan mendorong hak atas makanan sehat.

(Penulis magang di The Indian Express.)



Source link