Pemerintah AS pada hari Senin memuji militer Bangladesh atas “pengekangan” mereka dan menyerukan proses demokratis dan inklusif dalam membentuk pemerintahan sementara setelah Sheikh Hasina mengundurkan diri sebagai perdana menteri dan meninggalkan negara itu.
Pengunduran diri Hasina terjadi setelah protes yang dimulai dengan kekerasan ekstrem dan kebijakan kuota pekerjaan, yang kemudian berkembang menjadi seruan luas untuk pemecatannya.
Panglima Angkatan Darat Jenderal Waqar-uz-Zaman dalam pidato yang disiarkan televisi Bangladesh membenarkan pengunduran diri Hasina dan pembentukan pemerintahan sementara.
Gedung Putih menjawab, “Amerika Serikat telah lama menganjurkan penghormatan terhadap hak-hak demokrasi di Bangladesh. Kami menghargai sikap menahan diri yang ditunjukkan oleh tentara saat ini dan menuntut agar pembentukan pemerintahan sementara bersifat demokratis dan inklusif. Reuters.
Baik Gedung Putih maupun Departemen Luar Negeri AS mendesak semua pihak untuk menghindari kekerasan lebih lanjut dan segera memulihkan perdamaian. “Kami menyambut baik pengumuman pemerintah sementara,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri.
Kerusuhan, yang dimulai dengan protes mahasiswa terhadap kuota pekerjaan di Bangladesh, telah berubah menjadi gerakan yang lebih luas yang menuntut pengunduran diri Hasina. Kekerasan ini merupakan yang terburuk sejak Bangladesh memperoleh kemerdekaan lima puluh tahun lalu.
Departemen Luar Negeri AS mengkritik pemilu pada bulan Januari lalu yang dinilai tidak bebas atau adil, dan mencatat adanya laporan penyimpangan dan kekerasan.
Protes yang sedang berlangsung juga menimbulkan kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap program bantuan bagi pengungsi Rohingya dari Myanmar.
AS telah memberikan bantuan lebih dari $2 miliar sejak 2017. Departemen Luar Negeri belum memberikan komentar mengenai bagaimana perubahan politik baru-baru ini dapat mempengaruhi bantuan tersebut.