Mars saat ini adalah gurun yang dingin dan tandus, namun hal ini tidak selalu terjadi. Bukti baru semakin bertambah bahwa air pernah mengalir di permukaan Mars. Artinya, agar air tidak membeku, atmosfer tebal harus menutupi planet ini.

Kemudian, sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu, air mengering karena atmosfer yang kaya akan karbon dioksida menipis secara drastis. Mengapa hal ini terjadi merupakan pertanyaan besar bagi para ilmuwan yang ingin memahami sejarah Planet Merah. Sebuah studi baru yang diterbitkan pada 24 September di jurnal Science Advances mungkin memiliki beberapa jawaban atas pertanyaan ini.

Ahli geologi Joshua Murray dan Oliver Jagautz dari Massachusetts Institute of Technology berpendapat bahwa air mengalir melalui jenis batuan tertentu di permukaan Mars dan memulai reaksi lambat yang secara bertahap menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer planet dan mengubahnya menjadi metana. Metana adalah salah satu bentuk karbon yang secara teoritis dapat disimpan sebagai ion di permukaan tanah liat Planet Merah.

Terjebak dalam lipatan

Dua ahli geologi merumuskan teori ini berdasarkan penelitian mereka di Bumi. Pada tahun 2023, mereka sedang mengerjakan sejenis material tanah liat yang disebut smektit, yang dikatakan sebagai perangkap karbon yang sangat efektif. Butiran smektit masing-masing mengandung banyak lipatan yang mengandung karbon selama miliaran tahun. Peneliti MIT menemukan bahwa jika terkena atmosfer bumi, smektit dapat menarik dan menyimpan karbon dioksida di atmosfer selama jutaan tahun, sehingga mendinginkan planet.

Setelah penemuan ini, Jagautz kebetulan melihat peta permukaan Mars yang diperbesar dan menemukan tanah liat smektit yang sama yang sedang ia pelajari. Hanya saja, dia tidak yakin bagaimana hal itu bisa terjadi. Di Bumi, smektit merupakan produk aktivitas tektonik, namun diketahui bahwa Mars tidak mengalami aktivitas semacam itu.

Peran air

Penawaran meriah

Kedua ilmuwan tersebut mulai menyelidiki cara alternatif pembentukan smektit. Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada bagaimana air Mars bereaksi dengan olivin, batuan besi yang melimpah di permukaan planet. Dengan menggunakan data yang tersedia tentang keberadaan olivin dan keberadaan air, serta keberadaan atmosfer tebal yang kaya akan CO2, para ilmuwan membuat model komputer untuk mensimulasikan bagaimana ketiganya akan bereaksi satu sama lain selama satu miliar tahun.

Selama periode waktu yang sangat lama ini, mereka menemukan bahwa atom oksigen di dalam air secara perlahan berikatan dengan besi di olivin (yang juga memberi warna merah pada planet ini), melepaskan hidrogen untuk terbentuk bersama karbon dioksida. metana. Seiring waktu, reaksi dengan air menyebabkan olivin menjadi smektit, yang menyerap metana.

Pengetahuan ini memiliki manfaat melebihi ilmuwan dan peneliti. Saat umat manusia berupaya mengirimkan misi dan akhirnya menjajah Planet Merah, metana yang terperangkap di permukaan Mars akan menjadi sumber daya yang sangat berharga.

“Metana ini juga dapat digunakan sebagai sumber energi di Mars di masa depan,” saran para peneliti.



Source link