Presiden Joe Biden pada hari Jumat menetapkan sebuah monumen nasional untuk memperingati kerusuhan ras tahun 1908 di Springfield, Illinois, yang menyebabkan puluhan orang tewas, ratusan lainnya terluka, dan menghancurkan puluhan bisnis dan rumah orang kulit hitam.
Pada bulan Agustus 1908, massa kulit putih menyerbu ibu kota Illinois dengan dalih menjatuhkan hukuman terhadap dua orang kulit hitam yang dipenjara. Setelah petugas secara diam-diam memindahkan para narapidana ke penjara lain yang jauhnya bermil-mil jauhnya, massa melampiaskan kemarahannya terhadap penduduk kulit hitam di kota tersebut.
Kerusuhan ini memicu terbentuknya organisasi hak-hak sipil yang berpengaruh, Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna (NAACP) pada tahun 1909.
Upacara hari Jumat di Ruang Oval dihadiri oleh para pemimpin hak-hak sipil dan tokoh masyarakat dari Springfield, kampung halaman mantan Presiden Abraham Lincoln.
“Kami telah mencapai banyak kemajuan, namun kami tidak akan pernah berhenti,” kata Biden dalam acara tersebut, seraya menambahkan bahwa penting bagi masyarakat untuk mengingat apa yang terjadi.
Langkah ini dilakukan di tengah upaya untuk “menghapus” sejarah negara tersebut, yang berfungsi sebagai peringatan bagi warga Amerika tentang bahayanya “jika kita tidak memperjuangkan demokrasi ini.” Buku-buku yang membahas isu-isu rasial telah menjadi sasaran pelarangan buku yang diupayakan oleh kelompok advokasi konservatif.
“Tugu peringatan nasional yang baru ini menceritakan kisah serangan mengerikan yang dilakukan oleh massa kulit putih terhadap komunitas kulit hitam yang mewakili rasisme, intimidasi dan kekerasan yang dialami oleh orang kulit hitam Amerika di seluruh negeri,” kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Insiden ini terjadi beberapa minggu setelah Sonya Massey, seorang wanita kulit hitam berusia 36 tahun, ditembak pada bulan Juli oleh wakil sheriff kulit putih di rumahnya di Springfield setelah dia menelepon 911.
Kematian Massey telah menghidupkan kembali perdebatan mengenai kebrutalan polisi terhadap orang kulit hitam Amerika empat tahun setelah pembunuhan polisi terhadap George Floyd di Minneapolis, yang telah memicu protes atas ketidaksetaraan rasial.
Pada bulan Juni 2021, Biden menjadi presiden AS pertama yang mengunjungi sebuah lokasi di Tulsa, Oklahoma, di mana ratusan orang kulit hitam Amerika dibunuh oleh massa kulit putih pada tahun 1921 dan mengatakan warisan kekerasan rasis dan supremasi kulit putih masih bergema.
Pada bulan yang sama, dia dan Kamala Harris, kandidat Partai Demokrat untuk pemilu 5 November, menandatangani undang-undang yang menjadikan tanggal 19 Juni sebagai hari libur federal untuk memperingati emansipasi budak kulit hitam Amerika.