Sebuah bom era Perang Dunia II dari Amerika Serikat meledak di bandara Jepang yang terkubur di bawah tanah, menyebabkan lubang besar di jalur taksi dan pembatalan 80 penerbangan, kata para pejabat Jepang. .
Pejabat Departemen Pertanahan dan Transportasi mengatakan tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut. Tidak ada pesawat di dekatnya ketika bom meledak di Bandara Miyazaki di barat daya Jepang pada hari Rabu, kata mereka.
Selama penyelidikan, pasukan bela diri dan polisi menemukan bahwa ledakan tersebut disebabkan oleh bom AS seberat 500 pon dan tidak ada bahaya lebih dari itu, kata para pejabat. Para pejabat sedang mencoba untuk mengetahui penyebab ledakan mendadak bom Perang Dunia II.
Bandara Miyazaki Jepang ditutup sementara setelah bom Amerika yang belum meledak pada Perang Dunia II meledak di dekat landasan pacu, meninggalkan kawah setinggi 7 meter. pic.twitter.com/cpEBGlxhgd
— Pencari Kebenaran (@Xx17965797N) 2 Oktober 2024
Menurut kantor berita Pers TerkaitTayangan TV lokal Jepang melaporkan kawah di taxiway tersebut berdiameter sekitar 7 meter dan kedalaman 1 meter.
Lebih dari 80 penerbangan dibatalkan di Bandara Miyazaki karena ledakan mendadak tersebut, dan operasi diperkirakan akan dilanjutkan pada Kamis pagi, kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi.
🌐 Berita Terkini: Ledakan di Bandara Miyazaki? ✈️💥
Pagi ini, ledakan tersebut terekam kamera informasi di Bandara Miyazaki pada pukul 07.58, menimbulkan gumpalan debu ke udara.
Kantor bandara telah mengkonfirmasi bahwa lubang pembuangan telah terlihat di taxiway… pic.twitter.com/LPwA0VKsPp
— Saat ini Jepang (@Currently_JAPAN) 2 Oktober 2024
Sebuah sekolah penerbangan di dekat Bandara Miyazaki merekam rekaman ledakan tersebut, yang menunjukkan bongkahan tar dimuntahkan ke udara seperti air mancur.
Pejabat Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan beberapa bom yang belum meledak dan dijatuhkan oleh militer AS selama Perang Dunia II telah ditemukan di daerah tersebut.
Bandara Miyazaki dibangun pada tahun 1943 ketika terjadi ledakan mendadak.