Dua minggu setelah Mahkamah Agung mengarahkan Pengadilan Tinggi Bombay untuk menyelidiki audit kinerja Undang-undang Kawasan Kumuh Maharashtra (Perbaikan, Pembersihan dan Pembangunan Kembali), tahun 1971, Pengadilan Tinggi pada hari Selasa memulai sidang otomatis untuk meninjau dan memastikan cara kerja undang-undang tersebut. UU 1971. Alasan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaannya.
Ketua Hakim Devendra Kumar Upadhyaya pada hari Selasa membentuk majelis divisi yang dipimpin oleh Hakim Girish S Kulkarni untuk mendengarkan permohonan tersebut.
Majelis hakim yang dipimpin Hakim Kulkarni otomatis akan memulai sidang pada 16 Agustus.
“Pemangku kepentingan yang diwajibkan termasuk perwakilan pemerintah, otoritas hukum berdasarkan Undang-undang tahun 1971, dan penerima manfaat yang dituju dapat memperhatikannya,” demikian pemberitahuan yang dikeluarkan oleh HC Registry.
Majelis Hakim Mahkamah Agung yang terdiri dari Hakim PS Narasimha dan Arvind Kumar menyampaikan putusan pada tanggal 30 Juli, menolak banding Yash Developers terhadap putusan Bombay HC.
Pada tahun 2022, hakim tunggal yang terdiri dari Hakim Kulkarni menguatkan pembatalan proyek pembangunan kembali kawasan kumuh yang disetujui pada tahun 2003 demi mendukung perusahaan real estate untuk mengembangkan kawasan kumuh di Borivali.
Proyek ini berlangsung selama lebih dari dua dekade dan perjanjian tersebut diakhiri pada tanggal 4 Agustus 2021 oleh Komite Penanganan Keluhan Apex.
Komite meminta majelis HC yang bersangkutan untuk mendengarkan argumen pejabat pemerintah dan pemangku kepentingan dan dapat mempertimbangkan untuk memerintahkan pemerintah membentuk sebuah komite untuk mengaudit berfungsinya Undang-undang tersebut.
MA mengacu pada data yang dihimpun dari data National Judicial Data Grid (NJDG) yang mengungkapkan, total ada 1.612 perkara terkait sengketa UU Tahun 1971 yang sedang menunggu keputusan di Pengadilan Tinggi. Dari jumlah tersebut, 135 kasus berusia lebih dari 10 tahun.
“Kekhawatiran Pengadilan Tinggi terhadap fungsi undang-undang dapat dimengerti… Undang-undang adalah undang-undang yang bersifat utilitarian, dimaksudkan untuk memberikan dampak terhadap jaminan konstitusional atas martabat individu dengan menyediakan perumahan dasar, yang merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Namun demikian, Kecenderungan dan kecenderungan undang-undang untuk menciptakan litigasi memang mengkhawatirkan. Tampaknya ada masalah dengan kerangka undang-undang dalam mewujudkan maksud dan tujuan undang-undang tersebut,” kata Mahkamah Agung.