Aktor Chhavi Mittal baru-baru ini berbagi filosofi kesehatan unik yang membantu kakeknya hidup hingga usia 101 tahun. Menurut Mittal, kakeknya tidak pernah minum obat saat jatuh sakit.
Dalam reel yang diposting di Instagram, Mittal berkata, “Ibuku pernah bercerita bahwa ketika kakekku, yang meninggal pada usia 101 tahun, sakit… dia tidak meminum obat atau antibiotik apa pun. Paling banyak dia meminum satu atau dua tablet parasetamol. Tapi dia memang benar Dia berhenti makan… Dan logikanya adalah tentang naluri. Jadi biarkan ususmu sembuh… dan dia akan baik-baik saja dalam beberapa hari.
Pendekatan kesehatan yang tidak biasa ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang peran puasa dan pola makan dalam proses penyembuhan tubuh. Apakah ada dasar ilmiah di balik gagasan bahwa membiarkan usus beristirahat akan meningkatkan pemulihan?
Pranav Honnavara Srinivasan, Konsultan Gastroenterologi, Rumah Sakit Fortis, mengatakan, “Konsep puasa membantu pemulihan adalah memungkinkan tubuh mengalihkan energi dari pencernaan ke fungsi dan perbaikan kekebalan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa berpuasa atau mengurangi asupan kalori dapat berdampak positif pada kesehatan usus dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Potensi Manfaat Puasa Saat Sakit
-Istirahat dan Perbaikan Usus: Puasa dapat membantu Rusaknya sistem pencernaanMemungkinkan lapisan usus untuk memperbaiki dirinya sendiri dan meningkatkan fungsi penghalang usus. Ini sangat membantu dalam kondisi seperti sindrom iritasi usus besar (IBS) atau penyakit radang usus (IBD), kata Dr. Srinivasan.
-Modulasi mikrobioma: Puasa mempengaruhi komposisi bakteri usus, catat Dr. Srinivasan, berpotensi mendorong pertumbuhan mikroba bermanfaat. Ini juga berkontribusi pada pencernaan, kekebalan, dan kesehatan mental yang lebih baik.
-Mengurangi peradangan: Dr. Srinivasan mencatat bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat mengurangi penanda peradangan dalam tubuh, yang bermanfaat dalam mengelola kondisi peradangan kronis.
Catatan: Menurut Dr. Srinivasan, penting untuk diingat bahwa penelitian tentang puasa dan penyakit masih dalam tahap awal dan diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami sepenuhnya dampaknya terhadap kesehatan manusia.
Kerugian berpuasa, khususnya bagi orang lanjut usia
Dr Srinivasan mengingatkan bahwa meskipun puasa menawarkan manfaat potensial, namun bukan berarti tanpa risiko, terutama bagi orang lanjut usia.
Malnutrisi dan dehidrasi: Orang lanjut usia rentan terhadap malnutrisi dan dehidrasi, terutama saat sakit ketika nafsu makan dan asupan cairan sudah terganggu. Puasa dapat memperburuk risiko ini, menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit, kelemahan, dan masalah lainnya.
Kehilangan Otot: Puasa panjang Menyebabkan kerusakan otot, terutama pada orang lanjut usia yang massa ototnya sudah berkurang.
Sistem kekebalan tubuh yang lemah: Meskipun puasa jangka pendek dapat meningkatkan respons kekebalan untuk sementara waktu, puasa berkepanjangan justru melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga lebih sulit melawan infeksi.
Interaksi Obat: Puasa dapat berinteraksi dengan beberapa obat, sehingga memengaruhi penyerapan dan efektivitasnya. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum berpuasa jika Anda sedang mengonsumsi obat apa pun.
Bagaimana puasa atau membatasi asupan makanan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh?
Dr Srinivasan mengatakan efek puasa pada sistem kekebalan tubuh adalah bidang penelitian yang kompleks dan terus berkembang.
Dia mengatakan, “Beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa jangka pendek merangsang autophagy, suatu proses di mana sel-sel rusak dan mendaur ulang bagian-bagian yang rusak. Hal ini meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan meningkatkan respons yang lebih kuat terhadap infeksi.”
Namun, puasa berkepanjangan justru melemahkan Nutrisi penting dan cadangan energiSangat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuatnya lebih sulit melawan infeksi.
Oleh karena itu, keputusan untuk berpuasa atau membatasi asupan makanan selama sakit harus dilakukan dengan berkonsultasi dengan ahli kesehatan, dengan mempertimbangkan status kesehatan individu dan sifat penyakit Anda, tegasnya.