Putusan Mahkamah Agung pada hari Kamis yang memperbolehkan negara-negara untuk mengkategorikan Kasta Terdaftar (SC) dan Suku Terdaftar (ST) untuk memberikan kuota kepada kasta yang lebih terbelakang telah menimbulkan reaksi beragam dari berbagai komunitas Dalit dan tokoh masyarakat. Dalam kelompok-kelompok ini.
Milind Kamble, ketua Kamar Dagang dan Industri Dalit India (DICCI), memuji putusan pengadilan tertinggi tersebut, dengan mengatakan bahwa ini adalah “langkah besar menuju pemberdayaan kelas paling terbelakang dari kasta yang ada”.
Kamble mengatakan perluasan pensyaratan terhadap SC/ST berdasarkan Konstitusi adalah untuk “peningkatan sosial-ekonomi” kelas-kelas terbelakang ini.
Selama beberapa dekade, beberapa sub-kasta dari SC di negara-negara bagian di seluruh negeri merasa tertinggal dalam mendapatkan hak reservasi.
kata Kamble. Oleh karena itu, timbul perbedaan antara Mahar dan Matang di Maharashtra, Jatav dan Valmiki di Uttar Pradesh, serta Mala dan Madiga di Telangana.
“Sub-kategorisasi membantu menjembatani kesenjangan antara negara-negara yang terbelakang dan paling terbelakang. Dan ini harus dilihat sebagai langkah menuju tindakan afirmatif untuk mencapai tujuan kuota,” ujarnya.
Kamble mengatakan bahwa meskipun reservasi memiliki tujuan tersendiri untuk mengatasi diskriminasi sosial dan pendidikan, selain itu, SC/ST juga perlu berkembang secara ekonomi.
Di Maharashtra, SC mencakup 16% negara bagian menurut sensus 2011. SC telah mendapat reservasi 13% di negara bagian tersebut, dimana komunitas Mahar dianggap paling dominan di antara komunitas SC.
Banyak komunitas Dalit dan pemimpin di negara bagian tersebut percaya bahwa keputusan MA pada prinsipnya benar, meskipun mereka khawatir dengan rincian dan implikasinya, yang menurut mereka perlu diperdebatkan secara menyeluruh.