Inggris dan AS telah menyatakan keprihatinannya bahwa Rusia berbagi teknologi nuklir dengan Iran dengan imbalan rudal yang digunakan di Ukraina. Hal ini menjadi poin penting dalam pertemuan antara pemimpin Partai Buruh Inggris Keir Starmer dan Presiden AS Joe Biden di Washington, DC.
Kedua negara prihatin dengan meningkatnya kerja sama militer antara Rusia dan Iran, terutama seiring dengan kemajuan Iran dalam pengayaan uranium, yang merupakan sebuah langkah penting dalam pengembangan senjata nuklir. Para pejabat Inggris yakin Iran memperdagangkan rahasia nuklir sebagai bagian dari hubungan dekatnya dengan Moskow.
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken juga memperingatkan bahwa Rusia berbagi teknologi nuklir dan luar angkasa dengan Iran, yang dapat mempercepat kemampuan Iran untuk membuat bom nuklir. Dia mengatakan kemitraan ini menciptakan lebih banyak ketidakstabilan di seluruh dunia.
Persediaan uranium Iran telah meningkat secara signifikan, sehingga mengkhawatirkan negara-negara Barat. Iran setuju untuk menghentikan pengembangan senjata nuklirnya dalam perjanjian tahun 2015, tetapi Iran melanggar ketentuan tersebut setelah Amerika menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2018 di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Kekhawatiran ini telah meningkatkan ketegangan di Timur Tengah, khususnya dengan Israel. Iran mendukung kelompok teroris seperti Hizbullah dan Hamas, dan Israel memandang aktivitas nuklir Iran sebagai ancaman langsung.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, Rusia dan Iran menjadi lebih dekat. Iran telah memasok drone ke Rusia dan baru-baru ini mengirimkan rudal Fath-360 ke Moskow, yang dapat menyebabkan lebih banyak serangan terhadap kota-kota Ukraina.
Pada pertemuan di Washington, para pemimpin membahas penyediaan rudal Storm Shadow kepada Ukraina, yang disetujui oleh Inggris dan Prancis untuk dikirimkan. Namun, rudal tersebut memerlukan persetujuan AS karena mengandung komponen buatan AS.
Tujuannya adalah untuk membantu Ukraina mempertahankan diri dari serangan Rusia yang terus berlanjut.
(dengan masukan dari The Guardian)