Kreativitas selalu menjadi cara untuk mengatasi stres, terutama pada saat krisis – sebuah tema yang berulang sepanjang sejarah. Seni, fesyen, musik, dan sinema tidak hanya merupakan ekspresi pengalaman individu dan kolektif namun juga berperan sebagai instrumen yang kuat dalam pergolakan sosial.
Contoh kontemporer kreativitas sebagai sarana perlawanan dan pemulihan adalah Pekan Mode Ukraina, yang diadakan pada minggu pertama bulan September di tengah perang yang sedang berlangsung. Didirikan pada tahun 1997, acara ini secara konsisten menjadi platform bagi bakat dan inovasi Ukraina. Dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak serangan pada tahun 2022, hal ini menjadi semakin penting, yang mencerminkan ketahanan masyarakat Ukraina. Para desainer mengadaptasi koleksi mereka untuk mencerminkan konflik yang sedang berlangsung, menggabungkan motif dan sulaman tradisional Ukraina untuk menekankan identitas budaya. Misalnya, blus vyshyvanka menjadi simbol kekuatan dan warisan, sebuah deklarasi kedaulatan. Dengan memasukkan referensi budaya ke dalam desain mereka, pencipta Ukraina menyediakan cara untuk memproses dan mengekspresikan kekacauan emosional akibat perang, sehingga seniman dan penonton dapat mengendalikan kekacauan tersebut.
Kekuatan terapeutik dan ekspresif dari fesyen tidak hanya terjadi di Ukraina. Sepanjang sejarah, gerakan fesyen telah memainkan peran penting dalam menghadapi individu dan masyarakat – glamornya sinema, pola subversif fesyen pascaperang, atau estetika gerakan budaya yang berani.
Setelah India merdeka pada tahun 1947, trauma akibat perpecahan dan pembangunan bangsa memicu kebutuhan akan penyembuhan dan harapan. Sinema India memainkan peran penting dengan film-film seperti Mother India (1957) dan Mughal-e-Azam (1960) – sebuah upaya untuk menyatukan bangsa dan menetapkan tren mode baru. Sari glamor dan pakaian rumit dalam film-film ini menghubungkan orang-orang dengan identitas bersama sekaligus menghindari ketidakpastian politik dan sosial. Sama seperti para desainer Ukraina saat ini yang menggunakan fesyen untuk mengekspresikan ketahanan, sinema India pada tahun 1950an dan 1960an membantu penonton menavigasi dampak emosional kolonialisme.
Contoh penting lainnya datang dari Eropa pasca Perang Dunia II, khususnya Paris. Setelah kehancuran akibat perang, Prancis adalah negara yang sedang dalam masa pemulihan, berjuang melawan trauma pendudukan dan kehancuran infrastrukturnya. Namun, pada tahun 1947, Christian Dior meluncurkan The New Look yang revolusioner, yang merevitalisasi industri mode Prancis dan melambangkan kembalinya feminitas dan keanggunan.
Fashion adalah ekspresi kebanggaan dan individualitas, yang memungkinkan individu dan komunitas untuk mendapatkan kembali identitas dan martabat mereka. Itu selalu menjadi bentuk penyembuhan pribadi dan kolektif yang mendalam bagi saya. Saya melihatnya lebih dari sekedar pakaian — ini adalah cara untuk membuat emosi dan pengalaman kompleks menjadi nyata. Ketika saya memikirkan gaya Paris pascaperang, misalnya, saya teringat bagaimana fesyen mengubah kesulitan menjadi keindahan dan harapan. Kostum Bollywood membuat saya terpesona dengan ekspresi identitas budaya dan ketahanannya yang kuat. Menurut saya, kemampuan menciptakan sesuatu sering kali membantu mendobrak batasan dan mendefinisikan kembali berbagai kemungkinan, menunjukkan bagaimana kreativitas tumbuh subur bahkan dalam ketidakpastian. Bagi saya, fashion adalah sumber kendali, cara untuk mengekspresikan diri dan menavigasi naik turunnya kehidupan.
Di Ukraina saat ini, fesyen tidak hanya berfungsi sebagai sarana perjuangan namun juga sebagai sarana melestarikan identitas budaya dan menopang kebanggaan nasional. Desainer menceritakan kisah ketahanan melalui pakaian mereka, menawarkan cara untuk memproses beban emosional dari pengalaman pencipta dan pemakainya. Pada akhirnya, di masa-masa sulit, kreativitas – yang diwujudkan dalam fesyen – tetap menjadi bukti kuat penyembuhan, inspirasi, dan transformasi.
Penulisnya adalah seorang couturier.