Seiring dengan semakin jelasnya tingkat keparahan dampak iklim di seluruh dunia, kebutuhan akan strategi adaptasi semakin meningkat. Inventarisasi global pertama pada COP28 menyoroti proses adaptasi yang terfragmentasi dan tidak merata di seluruh dunia dan bahwa “kesenjangan adaptasi yang signifikan masih terdapat di seluruh sektor dan wilayah”. Pentingnya Tujuan Global tentang Adaptasi (GGA) untuk meningkatkan kapasitas adaptasi, memperkuat ketahanan dan mengurangi kerentanan terhadap perubahan iklim tercermin dalam keputusan yang memerlukan upaya perencanaan dan implementasi oleh semua pihak.

GGA adalah kerangka kerja terpadu yang bertujuan untuk membangun kapasitas adaptif, memperkuat ketahanan dan mengurangi kerentanan. Hal ini penting bagi negara-negara berkembang seperti India, yang berada di garis depan dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Kerangka UEA untuk Ketahanan Iklim Global juga akan memandu dan memperkuat upaya-upaya tersebut. Hal ini mencakup: a) penilaian dampak, kerentanan dan risiko; b) Proses perencanaan yang didorong oleh negara; c) implementasi rencana, kebijakan dan strategi adaptasi pada tahun 2030; d) Menetapkan dan melaksanakan sistem pemantauan, evaluasi dan pembelajaran.

Kerangka kerja ini juga menguraikan tujuan-tujuan spesifik untuk tahun 2030, seperti mengurangi kelangkaan air yang disebabkan oleh iklim, mencapai produksi pangan yang berketahanan iklim, dan meningkatkan layanan kesehatan untuk memitigasi dampak terkait iklim. Namun, kurangnya “sarana implementasi” dalam kerangka kerja tersebut merupakan sebuah masalah.

Inventarisasi global yang pertama memerlukan peningkatan ambisi dan dukungan, khususnya dalam pendanaan adaptasi. Laporan Kesenjangan Adaptasi tahun 2023 mengungkapkan kesenjangan keuangan yang semakin meningkat, yang saat ini diperkirakan mencapai $366 miliar per tahun. Hal ini merupakan hambatan besar dalam penerapan langkah-langkah adaptasi yang efektif di negara-negara berkembang.

Pembicaraan baru-baru ini di Bonn pada bulan Juni 2024 memberikan gambaran tentang perbedaan tajam antara negara maju dan berkembang, khususnya mengenai Sarana Implementasi (MoI), prinsip tanggung jawab bersama namun berbeda dan peran Komite Tindak Lanjut. Negara-negara berkembang telah menekankan pentingnya pendanaan publik, transfer teknologi, dan peningkatan kapasitas untuk mendukung upaya adaptasi mereka.

Penawaran meriah

Penerapan GGA dalam strategi adaptasi negara-negara berkembang menghadirkan tantangan dan peluang. Di antara tantangan-tantangan tersebut, kurangnya Kementerian Perindustrian adalah tantangan terbesarnya. Negara-negara maju harus memenuhi kewajiban pendanaan iklim mereka, dengan mengidentifikasi ruang lingkup, skala dan kecepatan pendanaan iklim yang diperlukan untuk mengambil tindakan iklim. Pemulihan tata kelola kelembagaan yang kuat sangatlah penting. Hal ini harus dibarengi dengan ketersediaan data dan model prediksi yang terampil, yang harus dikembangkan dan diterapkan untuk mendapatkan strategi yang efektif.

Sekali lagi, keberhasilan implementasi dapat secara signifikan meningkatkan ketahanan suatu negara terhadap dampak iklim, sementara partisipasi sektor swasta yang kuat dan investasi dalam adaptasi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja dan melindungi mata pencaharian.

Secara global, GGA berfungsi sebagai tujuan pemersatu yang menyelaraskan upaya nasional dan internasional menuju masa depan yang berketahanan. India menghadapi berbagai tantangan terkait iklim, termasuk peristiwa cuaca ekstrem, kenaikan permukaan air laut, dan fluktuasi hasil pertanian yang mengancam penghidupan jutaan orang. Dengan menggunakan GGA, India dan negara-negara berkembang lainnya dapat memperkuat strategi adaptif mereka untuk melindungi populasi dan perekonomian mereka.

India menganjurkan kerangka kebijakan yang lebih kuat, peningkatan kapasitas dan bantuan keuangan yang lebih baik dari negara-negara maju. Pengembangan indikator untuk mengukur kemajuan menuju tujuan GGA merupakan tugas penting dalam program kerja UEA-Belem. Indikator-indikator ini harus mencerminkan realitas yang berbeda-beda di negara-negara berkembang.

Memperkuat kerangka kebijakan dengan pedoman yang jelas untuk mengembangkan dan mensosialisasikan praktik-praktik berkelanjutan dan berkelanjutan sangat penting untuk implementasi GGA yang efektif dan meningkatkan ketahanan iklim global. Selain itu, peningkatan kapasitas bagi pejabat pemerintah, tokoh masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengembangkan keahlian dalam adaptasi iklim dapat membantu penguatan kelembagaan. Prioritas yang memadai harus diberikan pada sumber daya khusus melalui sumber daya dalam negeri, termasuk mekanisme pembiayaan inovatif dan transfer teknologi finansial dan ketahanan iklim dari negara maju ke negara berkembang.

Pembicaraan pada bulan Juni 2024 menyoroti perlunya kerja sama dan kompromi. Konsensus yang dicapai mengenai metode program kerja memungkinkan pengembangan indikator dapat dimulai. Namun, ketegangan mendasar masih terjadi antara negara maju dan berkembang mengenai komitmen keuangan dan kebijakan bantuan. Diskusi mendatang pada COP 29 di Baku akan sangat penting dalam mengatasi permasalahan ini dan memajukan GGA.

Komitmen India terhadap GGA dan partisipasi aktif dalam negosiasi iklim internasional menegaskan dedikasi negara tersebut untuk membangun masa depan yang berkelanjutan dan berketahanan. Perjalanan menuju pencapaian GGA memang penuh tantangan, namun dengan upaya kolaboratif dan kebijakan yang kuat, masa depan berkelanjutan dapat dicapai.

Para penulisnya bekerja di Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Perubahan Iklim



Source link