Masuki studio Vishwanath Mallabadi di Rajajinagar, Bengaluru, dan Anda akan mendengar suara musik rock atau lagu hit Michael Jackson yang khas. Ini adalah soundscape khasnya, yang diukir dari komponen elektronik yang sering dibuang saat mengerjakan karya seni terbarunya.

Pada usia 62 tahun, Mallabadi adalah seniman lingkungan kontemporer yang berfokus pada transformasi limbah elektronik menjadi mural, patung, dan seni abstrak yang semarak. Karya-karyanya tidak hanya mendobrak batas-batas seni tradisional, namun juga meningkatkan kesadaran akan salah satu masalah lingkungan paling mendesak di dunia: limbah elektronik.

Proyek terbaru Mallabadi, mural setinggi 25 kaki di Orion Mall, Bangalore, yang diresmikan pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia awal tahun ini, merupakan bukti kemampuan uniknya dalam menggabungkan kreativitas dengan aktivisme lingkungan. Dibuat seluruhnya dari barang-barang elektronik bekas seperti remote, keyboard, dan papan sirkuit, mural berukuran besar ini merupakan tontonan visual dan pengingat akan masalah limbah elektronik yang mengerikan.

Mural Vishwanath Mallabadi setinggi 25 kaki, seluruhnya terbuat dari barang elektronik bekas seperti remote, keyboard, dan papan sirkuit, telah diresmikan di Orion Mall di Bangalore. Mural Vishwanath Mallabadi setinggi 25 kaki, seluruhnya terbuat dari barang elektronik bekas seperti remote, keyboard, dan papan sirkuit, telah diresmikan di Orion Mall di Bangalore. (Foto Berkas)

Bagi Mallabadi, mural lebih dari sekedar sebuah karya seni—ini adalah simbol dari misinya untuk menginspirasi orang lain agar memikirkan kembali hubungan mereka dengan teknologi dan konsumsi.

Berasal dari Chitradurga di Karnataka tengah, Mallabadi dibesarkan di New Delhi, tempat ikatan erat keluarganya dengan desain dan seni memupuk kreativitasnya. Ayahnya, seorang kepala model di Survei Arkeologi India (ASI), berperan penting dalam membentuk kepekaan artistik awalnya.

Penawaran meriah

Saat tumbuh dewasa, Mallabadi sering menyaksikan ayahnya memahat model untuk museum, sehingga memicu minatnya pada seni. Kakak laki-lakinya mengejar karir di bidang arsitektur, sedangkan adik laki-lakinya menjadi profesor desain.

“Tumbuh dalam keluarga yang berakar pada seni dan desain, hal ini berperan penting dalam membentuk perjalanan artistik saya. Seni secara alami telah menjadi bagian integral dari diri saya,” kata Mallabadi.

Mallabadi menyelesaikan gelar Bachelor of Science (BSc) dari Delhi University pada tahun 1970-an. Namun, dengan keterbatasan kesempatan di bidang seni, ia beralih ke seni terapan dan kemudian bergabung dengan Delhi College of Arts yang bergengsi. Karirnya dimulai di dunia media yang sedang berkembang, bekerja dengan Pranay Roy NDTV Sebagai salah satu desainer grafis pertama di industri ini, menciptakan grafik berita dan dokumenter. Terlepas dari kegembiraan bekerja di media, hati Vishwanath tetap tertuju pada seni visual dan desain.

Mallabadi kemudian memasuki perusahaan dengan perusahaan terkemuka termasuk Wipro, di mana ia bekerja sebagai desainer UI/UX dan desainer grafis. “Namun kurangnya kepuasan kerja membuatnya meninjau kembali akar seninya, namun kali ini dengan sentuhan baru: zoologi dan limbah elektronik,” kata Mallabadi.

Kreasi awalnya adalah patung kecil binatang, yang terinspirasi oleh latar belakangnya di bidang zoologi. Namun seiring berjalannya waktu, ketertarikannya pada barang elektronik bekas—keyboard, kabel, resistor, dan papan sirkuit—mengarah pada evolusi kreatif yang akan menentukan babak selanjutnya dalam hidupnya. “Saya mulai melihat keindahan limbah elektronik,” kata Mallabadi.

Vishwanath Mallabadi Karya-karyanya tidak hanya mendobrak batas-batas seni tradisional, namun juga meningkatkan kesadaran akan salah satu masalah lingkungan paling mendesak di dunia: limbah elektronik.

“Setiap bagian memiliki bentuk, warna, sejarah penggunaan. Bagian-bagian ini, meskipun diabaikan, masih memiliki nilai dan tujuan saya adalah untuk menunjukkan hal itu,” katanya sambil tersenyum.

Bagi Mallabadi, proses menciptakan karya seni dari limbah elektronik lebih dari sekedar merakit benda; Ini tentang memahami lapisan teknologi yang rumit, menemukan potensi estetika dalam material yang terlupakan, dan menggunakannya untuk menceritakan kisah konsumsi dan transendensi.

Penciptaan mahakarya Mallabadi bukanlah suatu prestasi kecil. Instalasi besarnya, seperti mural Orion Mall, memerlukan perencanaan yang cermat, sumber bahan yang cermat, dan pemahaman tentang komponen yang digunakannya. Selama bertahun-tahun, ia telah membangun hubungan dengan pendaur ulang dan pengelola limbah elektronik untuk mengumpulkan komponen seperti kabel tembaga, chip RFID, dan motherboard. “Saya bekerja dengan ribuan komponen elektronik bekas untuk membuat satu komponen,” jelas Mallabadi.

Vishwanath Mallabadi Kreasi awalnya adalah patung kecil binatang, yang terinspirasi oleh latar belakangnya di bidang zoologi. (Foto Berkas)

“Ini bukan hanya tentang merakitnya; Ini tentang mengkurasi potongan untuk tekstur, bentuk, dan bentuknya,’ katanya.

Di studionya, tempat gadget-gadget bekas, mulai dari pager hingga telepon nirkabel, mendapatkan kehidupan baru, ruang kerja Mallabadi adalah harta karun berupa limbah elektronik. Saat ini ia sedang mengerjakan sebuah globe yang seluruhnya terbuat dari papan tombol di 3.000 ponsel, sebuah instalasi yang berfungsi sebagai penjelasan nyata mengenai masalah limbah elektronik global.

Beberapa karya seni terbaik Mallabadi yang menggunakan limbah elektronik menunjukkan pendekatan inovatifnya dalam menggabungkan seni dan keberlanjutan. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Kota Futuristik – pemandangan kota dari udara tempat ia secara kreatif menggunakan heat sink dari komponen elektronik. Unit pendingin ini, yang menerima panas dari CPU, diubah menjadi representasi jalan dan taman, yang menekankan pentingnya urbanisasi modern dan keberlanjutan.

Vishwanath Mallabadi Selama bertahun-tahun, ia telah membangun hubungan dengan pendaur ulang dan pengelola limbah elektronik untuk membeli komponen seperti kabel tembaga, chip RFID, dan motherboard. (Foto Berkas)

Sorotan lainnya adalah patung sapi yang seluruhnya terbuat dari kapasitor dan resistor. Mallabadi menghadirkan sentuhan unik pada seni klasik dengan Starry Night karya Van Gogh versinya, menggunakan kapasitor dan resistor untuk menciptakan representasi rumit yang menggabungkan seni tradisional dengan elemen teknis. Karya seni mandala uniknya dibuat dari PCB dan komponen perangkat seluler, menggabungkan desain kompleks dengan limbah elektronik modern untuk menciptakan ekspresi baru dan bermakna.

Terakhir, mural abstrak Mallabadi, yang terinspirasi oleh Kubisme Picasso, berfokus pada estetika dan harmoni, menggunakan komponen elektronik langka yang ia kumpulkan selama dekade terakhir.

Misi Mallabadi lebih dari sekadar menciptakan karya yang menarik secara visual. Ia sangat berkomitmen untuk mendidik masyarakat tentang bahaya limbah elektronik yang tidak terkendali melalui lokakarya dan seminar di sekolah dan perguruan tinggi serta pameran seni ramah lingkungan. Ia berharap dapat menginspirasi generasi muda untuk berpikir kreatif tentang keberlanjutan, sambil menyesali bahwa generasi muda saat ini sering kali tidak tertarik pada daur ulang.

Vishwanath Mallabadi Mallabadi menghadirkan sentuhan unik pada seni klasik dengan Starry Night karya Van Gogh versinya, menggunakan kapasitor dan resistor untuk menciptakan representasi rumit yang menggabungkan seni tradisional dengan elemen teknis. (Foto Berkas)

“Mereka tidak duduk diam untuk memahami pentingnya apa yang dapat kita hasilkan dari sampah. Banyak anak muda yang belum menyadari pentingnya upcycling. Selain itu, limbah elektronik yang dibuang ke kanal juga mencemari badan air yang berbahaya bagi kesehatan manusia,” kata Mallabadi.

Lebih lanjut ia menambahkan, “Sayangnya, pemerintah kita tidak memprioritaskan daur ulang dan para pendaur ulang terkemuka kesulitan mengelola peningkatan sampah yang dihasilkan setiap tahunnya. Meskipun terdapat peraturan, pemerintah belum mengambil langkah-langkah yang memadai untuk mengatasi kurangnya tanggung jawab warga negara dan dampak lingkungan.



Source link