Beberapa pihak berpendapat bahwa mungkin ‘bencana’ membicarakan terowongan dalam konteks Bangalore, namun Amai Mahalinga Nayak, 79, dari Dakshina Kannada, mengatakan terowongan tersebut adalah kisah keberhasilan pertanian dan ketekunan yang luar biasa. Nayak, seorang petani dari desa kecil Adyanadka, telah mengubah puncak bukit yang tadinya tandus menjadi oasis yang menghijau. Dikenal sebagai ‘Manusia Terowongan Karnataka’, Naik berjasa mengubah bukit miring yang gersang menjadi lahan pertanian subur melalui sistem irigasi mikro tanpa energi yang inovatif.
Dari Awal yang Sederhana
Kehidupan awal Nayak tidaklah mudah. Lahir pada tahun 1945 di sebuah desa terpencil di Dakshina Kannada, Naik tumbuh tanpa pendidikan formal. Nayak menuturkan, dulu ia menghabiskan masa-masa awalnya sebagai buruh tani. Ia biasa memanen pinang dan kelapa di dalam dan sekitar desanya, mencari nafkah melalui kerja keras dan tekad. Tidak peduli berapa banyak kesulitan yang dia hadapi, integritas dan etos kerja Naik tidak menunjukkan penurunan. Pada tahun 1978, Amai Mahabala Bhat, seorang pemilik tanah setempat, mengakui dedikasi Naik dan menghadiahkannya dua hektar tanah tandus di atas bukit. Lahan tersebut, meskipun tandus dan terpencil, mewakili sebuah peluang—sebuah peluang yang Nayak putuskan untuk dimanfaatkan.
Kelangkaan air merupakan sebuah tantangan
Lahan yang diterima Nayak memiliki tantangan yang cukup besar: kurangnya sumber air di dekatnya. Bagi seorang petani, air adalah kehidupan, dan tanpa air, tanah tidak ada gunanya. Namun Nayak, tidak terpengaruh oleh rintangan yang ada, menetapkan misi untuk menemukan air yang tidak dapat ditemukan. Ide menggali terowongan untuk mengakses air tanah bukanlah hal baru di wilayah tersebut. Faktanya, terdapat tradisi kuno di wilayah tersebut yang menggali terowongan paralel ke perbukitan yang dikenal secara lokal sebagai suranga untuk memanfaatkan sumber air bawah tanah. Namun, prosesnya memakan waktu lama, berbahaya, dan sering kali kurang berhasil. Namun, Naik menerima tantangan tersebut dengan tekad yang tak tergoyahkan.
Enam upaya dan kemajuan
Upaya awal Nayak untuk menggali terowongan menemui kekecewaan. Dia menggali lima terowongan, masing-masing memanjang setidaknya 35 meter ke lereng bukit, dan menemukannya kering. Dengan setiap terowongan, dia belajar lebih banyak tentang Bumi dan rahasia tersembunyinya. Akhirnya pada percobaan keenamnya, Nayak berhasil menyentuh air. Sebuah terowongan yang membentang sepanjang 315 kaki ke atas bukit telah menjadi sumber air tanah yang dapat diandalkan. Momen ini merupakan titik balik bagi Naik dan pertaniannya. Air dari terowongan dipompa melalui sistem irigasi mikro tanpa energi yang dikembangkan oleh Naik sehingga ia dapat mengolah lahan dan mengubahnya menjadi oasis hijau.
“Menghadapi lahan terlantar dan kurangnya sumber daya, banyak yang menyerah. Tapi saya melihatnya sebagai kesempatan untuk membuktikan bahwa dengan tekad, lingkungan yang sulit sekalipun bisa diubah,” kata Naik.
Namun upaya Naik tidak berhenti sampai di situ. Setelah mendapatkan pasokan air untuk tanamannya, ia menggali terowongan lain, kali ini untuk menyediakan air untuk keperluan minum dan rumah tangga. Pencarian air yang tiada henti, ditambah dengan sistem irigasi yang inovatif membuatnya mendapat julukan ‘Manusia Terowongan Karnataka’.