Bandara internasional di pulau Martinik, Karibia, Prancis terpaksa ditutup pada hari Jumat, menyebabkan ratusan penumpang terdampar ketika pengunjuk rasa menyerbu landasan pacu dan mencoba masuk ke dalam.
Sejak Senin, gelombang protes baru atas tingginya biaya hidup telah melanda Martinique. Para pengunjuk rasa membakar kantor polisi, mobil dan barikade jalan serta bentrok dengan petugas, menyebabkan sedikitnya satu orang tewas.
Pada Kamis malam, Bandara Internasional Martinique Aimé Césaire mengumumkan di Facebook bahwa “penerbangan berangkat atau tiba tidak akan dioperasikan” hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Sebelumnya pada hari Kamis, pengunjuk rasa menyerbu landasan bandara di ibu kota pulau itu, Fort-de-France, dan mencoba menerobos gerbang utama tempat ratusan penumpang berlindung, menurut video yang dibagikan di media sosial. Polisi yang menjaga pintu masuk terlihat menghindari para demonstran dan menembakkan gas air mata ke arah mereka.
Tiga penerbangan yang membawa sekitar 1.000 penumpang harus dialihkan ke pulau terdekat Guadeloupe pada hari Kamis, menurut prefektur Martinik. Sebanyak 500 penumpang lainnya yang seharusnya menaiki penerbangan tersebut terdampar di bandara Fort-de-France, katanya.
Prefektur tersebut mengatakan para pengunjuk rasa turun ke bandara setelah rumor menyebar di media sosial bahwa ratusan petugas polisi Prancis tiba dengan pesawat. “Informasi yang sepenuhnya salah ini menyebabkan berkumpulnya orang-orang dan melakukan serangan di landasan pacu bandara,” bunyi pernyataan prefektur tersebut.
Sekitar selusin petugas terluka minggu ini, ketika pengunjuk rasa melemparkan botol dan batu dan polisi merespons dengan gas air mata, kata pemerintah. Beberapa demonstran juga dilaporkan ditembaki.
Kekerasan terbaru ini menyebabkan pemerintah mengumumkan kembali jam malam, dan bersikeras bahwa demonstrasi di jalan umum akan dilarang.
Ini adalah yang terbaru dari serangkaian protes yang dimulai pada awal September, yang mendorong Prancis mengirim polisi antihuru-hara khusus ke pulau tersebut. Martinik telah mengalami protes serupa dalam beberapa tahun terakhir, banyak di antaranya dipicu oleh rasa frustrasi atas apa yang digambarkan oleh para demonstran sebagai kesenjangan ekonomi, sosial dan ras.
(dengan masukan dari AP)