Di tengah tentangan pemerintah, anggota parlemen DMK Rajya Sabha dari Tamil Nadu, M Mohammed Abdullah pada hari Jumat menggerakkan resolusi anggota swasta yang meminta penghapusan NEET dan NTA, sementara mengizinkan negara bagian untuk melakukan ujian masuk medis, bersama dengan undang-undang yang menghapuskan pendidikan dari daftar umum.
Abdullah memperkenalkan resolusi tersebut pada sesi sore Rajya Sabha. Ia berusaha untuk memindahkan pendidikan dari daftar umum ke daftar negara bagian dalam Jadwal Ketujuh Konstitusi. Dikatakan juga bahwa NEET dan NTA harus dihapuskan dan penerimaan medis harus didasarkan pada persyaratan yang ditentukan oleh pemerintah negara bagian. Kompensasi sebesar satu crore rupee telah diminta untuk keluarga yang terkena dampak ujian NEET.
Dalam pidatonya, Abdullah menekankan “ketidakadilan” terhadap mahasiswa di negara bagian dan pelanggaran otonomi pemerintah negara bagian di bidang pendidikan kedokteran.
“Ujian NEET memiliki kelemahan dalam pemilihan kandidat yang memenuhi syarat,” dan “kertas soal NEET saat ini bocor, pemberian nilai tenggang yang tidak bertanggung jawab, dan ketidakmampuan NTA untuk menyelenggarakan ujian dengan sukses tanpa merugikan siswa,” katanya.
Menentang resolusi tersebut, Menteri Pendidikan Jayant Chaudhary mengatakan resolusi tersebut bertentangan dengan beberapa preseden dan norma serta praktik parlemen. Ia mengatakan, pada tahun 2018 lalu MA sudah memberikan arahan dan setelah itu baru dilakukan pemeriksaan oleh NTA.
Menteri Urusan Parlemen Kiran Rijiju mengatakan: “Pada saat pemerintah telah menyetujui perintah Mahkamah Agung dan memulai proses implementasi, tidak tepat untuk membahas masalah ini lagi, mengingat tradisi yang kita ikuti.”
Pembicara JP Nadda membela NEET dan berkata, “Sebelumnya, pendidikan kedokteran adalah bisnis yang menguntungkan, sebuah kursi dijual dengan harga sekitar Rs 8 crore.”
John Brittas dan V Sivadasan dari Oposisi CPI(M), Raghav Chadha dari AAP, dan Shaktisinh Gohil dari Kongres mengatakan, “Tidak mengizinkan anggota untuk mengeluarkan resolusi yang disahkan oleh ketua adalah pelanggaran hak anggota.” Jawahar Sircar dari TMC, NR Elango dari DMK, Manoj Kumar Jha dari RJD juga mendukung resolusi tersebut.