Anggota Parlemen dari berbagai pihak menyuarakan keprihatinan atas meroketnya tarif penerbangan dan kepemilikan bandara secara selektif dalam perdebatan mengenai RUU Penerbangan baru – Bharatiya Vayuyan Vidhayak, 2024 – di Lok Sabha pada hari Kamis.
Diperkenalkan oleh Menteri Penerbangan Sipil K Rammohan Naidu, RUU tersebut bertujuan untuk menggantikan UU Pesawat Udara tahun 1934.
Anggota parlemen Kongres Adoor Prakash mengatakan bahwa tarif penerbangan dari Kerala ke negara-negara Timur Tengah mahal dan harus dikurangi. “RUU tersebut adalah alat untuk membuat sebagian pengusaha senang…” tambahnya.
Anggota parlemen Partai Samajwadi Rajeev Roy mengatakan tidak ada penyebutan pengendalian tarif pesawat dalam RUU tersebut. “Kalau tidak mau mengatur orang yang merampok penumpang, harus dimaafkan,” ujarnya.
Dia mengatakan bahwa mereka yang telah mengangkat slogan-slogan bahwa mereka yang memakai ‘Hawaii Chappal’ bisa terbang dengan ‘Hawaii Jahaj’ sekarang diam karena mereka tidak bisa mengendalikan tarif pesawat untuk rakyat jelata.
Anggota Kongres Trinamool Saugata Ray mengatakan bahwa bandara dan pesawat terbang tidak boleh menjadi simbol status tetapi harus menguntungkan. Dia bertanya kepada menteri, “Apakah efisien untuk membuka lebih banyak bandara dan memulai lebih banyak maskapai penerbangan? Banyak maskapai penerbangan yang tidak beroperasi, banyak pula yang tutup.
“Seharusnya tidak ada korban jiwa di maskapai penerbangan dan sistem penerbangan harus transparan,” tambahnya.
Anggota Parlemen Kongres Amethi Kishori Lal mengatakan bahwa proyek penerbangan yang dimulai di masa lalu belum selesai. Sebaiknya perkuat proyek yang sudah ada sebelum memulai proyek baru.
Beberapa anggota parlemen dari negara bagian berbahasa Hindi menentang judul RUU tersebut dengan menyatakan bahwa RUU tersebut tidak boleh dalam bahasa Hindi atau Sansekerta. “Ini adalah cara tidak langsung untuk memaksakan bahasa Hindi pada penutur non-Hindi,” kata NK Premachandran dari Kerala RSP.
Rajiv Pratap Rudy, anggota parlemen BJP dari Bihar, yang juga seorang pilot, mengatakan, “India tidak lagi memiliki konsep maskapai penerbangan bertarif rendah”.
Banyak anggota parlemen yang meminta Menteri Penerbangan Sipil untuk tidak memprivatisasi bandara. Namun beberapa anggota parlemen mengamati bahwa RUU tersebut memberikan kewenangan yang lebih baik kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.