Pecahnya kekerasan baru-baru ini di Manipur telah mengakibatkan roket jarak jauh dan drone menghujani bom dari langit. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa orang-orang yang diduga sebagai pejuang Kuki memiliki akses terhadap senjata canggih dan bahan peledak dan beberapa dari mereka datang melintasi perbatasan.
Namun, sumber keamanan mengatakan baik drone maupun roket tersebut bukan kaliber militer. Menurut sumber kepolisian Manipur, drone yang digunakan untuk meluncurkan bom adalah drone komersial yang umum tersedia di pasar, sedangkan roketnya dirakit secara lokal.
Penggunaan drone, senapan serbu, atau roket bukanlah hal baru di Manipur; Mereka telah digunakan dalam konflik etnis yang sedang berlangsung sejak Mei tahun lalu. Namun serangan baru-baru ini menunjukkan kemajuan signifikan yang dicapai para pejuang dalam hal senjata mematikan. Meskipun drone telah digunakan untuk pengawasan di masa lalu, roket dan mortir jarak pendek sering ditembakkan selama konflik.
Jumat lalu, satu orang tewas dan lima lainnya terluka dalam serangan roket yang dilakukan teroris di kediaman mantan menteri utama mendiang Myrembam Koireng Singh di Moirang. Kota Moirang di distrik Bishnupur yang didominasi Meitei tidak jauh dari perbukitan tempat roket tersebut diduga diluncurkan.
Sumber mengatakan roket tersebut menempuh jarak setidaknya 3 kilometer sebelum menghantam rumah mantan CM. Serangan itu terjadi hanya beberapa hari setelah dua orang tewas dalam hujan bom di desa Kauthruk di distrik Imphal Barat pada tanggal 1 September, sebuah desa yang didominasi Meitei. Bom-bom ini dijatuhkan oleh drone dan desa tersebut mengalami kerusakan parah.
Sumber menyebutkan 30-40 bom diduga jatuh malam itu. Sumber mengatakan bahwa roket dan bom tersebut bersifat mentah dan pecahannya sedang dianalisis oleh polisi dan pasukan keamanan.
“Roket sangat canggih. Beratnya mencapai 30 kg dan panjangnya 10 kaki. Namun, mereka mampu menempuh jarak hingga 5 kilometer. Mereka dibuat menggunakan pipa yang tersedia secara lokal, yang diisi dengan bubuk mesiu dan memiliki benang pengapian di bagian ekornya. 2-3 kg bahan peledak dan pecahan peluru di kepala. Sama seperti petasan (roket) Diwali, roket bergerak hingga ada bubuk mesiu di bagian ekornya. Kepala roketnya meledak saat terjadi benturan,” kata seorang pejabat polisi Manipur.
Pejabat keamanan lainnya mengatakan, roket yang menghantam rumah mantan CM tersebut tidak dipandu. “Ini bukan roket berpemandu. Prajurit mengarahkannya dengan menempatkannya pada papan miring. Mereka bisa jatuh di mana saja dan meledak,” kata pejabat tersebut.