Sajib Wajed Joy adalah putra Perdana Menteri Sheikh Hasina dan cucu tertua Bapak Bangsa Bangabandhu Sheikh Mujibur Rahman. Bangladesh menjadi fokus karena negara ini menghadapi kerusuhan politik yang serius.

Di tengah kekacauan tersebut, Joy mendesak pasukan keamanan negara tersebut untuk menjunjung konstitusi dan mencegah pemerintah yang tidak melalui proses pemilihan mengambil alih kekuasaan.

Postingan Facebook tersebut berbunyi, “Tugas Anda adalah menjaga keselamatan rakyat dan negara kita serta menjunjung Konstitusi. Jangan biarkan pemerintah yang tidak melalui proses pemilihan berkuasa walaupun hanya satu menit saja, itu adalah tugas Anda.

Kehidupan awal dan pendidikan

Joy lahir pada 27 Juli 1971 dari pasangan ilmuwan nuklir Dr. MA Wajed Mia dan Sheikh Hasina selama Perang Pembebasan Bangladesh.

Kelahirannya di masa perang membuatnya mendapat julukan “Joy” yang berarti “kemenangan” dalam bahasa Bengali.

Penawaran meriah

Latar belakang pendidikannya dari St. Joseph’s College, Bangalore University, India dan B.Sc. di bidang teknik komputer dari University of Texas di Arlington.

Beliau juga meraih gelar Magister Administrasi Publik dari Universitas Harvard.

Pernikahan dan Karir

Pada tahun 2002, Joy menikah dengan Christine Wazed dan mereka memiliki seorang putri, Sophia Rehana Wazed.

Ia memainkan peran penting sebagai penasihat urusan TIK kepada Perdana Menteri Sheikh Hasina, dan memelopori inisiatif “Digital Bangladesh”.

Upayanya telah menghasilkan kemajuan yang signifikan dalam penggunaan telepon seluler dan internet, layanan publik digital, perbankan seluler, dan ekspor ICT.

Pada tahun 2007, Forum Ekonomi Dunia mengakui Joy sebagai Pemimpin Muda Global, mengakui kontribusinya pada sektor ICT.

Kerusuhan yang terjadi saat ini di Bangladesh telah menyebabkan hampir 300 orang tewas ketika para pengunjuk rasa menuntut pengunduran diri mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina.

Protes semakin intensif Pengunduran diri Hasina dan keluar dari negaranya Demi keselamatannya.

Berbicara dengan Newshour BBCJoy membela masa jabatan ibunya, menyoroti perannya dalam mengubah Bangladesh dari negara gagal menjadi negara dengan kekuatan ekonomi yang meningkat.

(Dengan masukan dari BBC, Daily Sun, The Daily Star)



Source link